DIALEKSIS.COM | Takengon - Kecamatan Rusip Antara di Kabupaten Aceh Tengah memasuki fase darurat setelah cuaca ekstrem yang berlangsung sejak 25 - 27 November 2025 memicu longsor besar di berbagai titik jalan utama. Ribuan warga kini terisolasi total tanpa akses darat yang layak.
Kepala Desa Arul Pertik, Mahyuddin, mengatakan longsor terjadi di hampir seluruh ruas jalan penghubung kecamatan dan antardesa. Tebing yang runtuh menutup jalan hingga setinggi beberapa meter, sementara jembatan di sejumlah titik ikut putus.
“Akses di seluruh wilayah Rusip Antara lumpuh total. Warga tidak bisa keluar, bantuan tidak bisa masuk,” ujar Mahyuddin, Selasa, 2 Desember 2025.
Menurut dia, sebagian warga terpaksa berjalan kaki belasan kilometer untuk mencapai pusat kecamatan. Bahkan, untuk menyeberangi jembatan yang terputus, warga menggunakan tali dan membuat jembatan darurat dari kayu seadanya.
“Ini sangat berbahaya. Beberapa kali warga hampir jatuh karena kondisi medan yang ekstrem,” katanya.
Selain melumpuhkan akses jalan, longsor juga menimbun ratusan rumah warga di beberapa desa. Banyak keluarga terpaksa mengungsi sementara karena rumah mereka terdampak material tanah dan batu. Kondisi ini semakin memperburuk situasi, mengingat seluruh jalur distribusi logistik kini terputus.
“Ribuan warga benar-benar terkurung. Tidak ada kepastian kapan bantuan bisa masuk karena alat berat belum dapat bekerja maksimal,” ucap Mahyuddin.
Persediaan makanan di Rusip Antara dilaporkan terus menipis. Menurut Mahyuddin, warga hanya mengandalkan stok mandiri yang tersisa sejak banjir dan longsor terjadi. Jika kondisi bertahan beberapa hari lagi, ia memperingatkan wilayah tersebut berpotensi mengalami krisis pangan.
“Beras tinggal sedikit, air bersih semakin sulit. Di beberapa desa sudah mulai muncul gesekan antarwarga karena memperebutkan bahan makanan,” ungkapnya. “Situasi ini makin sulit dikendalikan.”
Mahyuddin menekankan bahwa kebutuhan paling mendesak saat ini adalah BBM untuk mengoperasikan alat berat. Tanpa itu, akses menuju Rusip Antara mustahil dibuka dalam waktu dekat.
“Kerusakan jalannya sangat parah. Tanpa alat berat, tidak mungkin dibersihkan. Kami butuh solar segera,” ujarnya.
Selain BBM, warga mendesak bantuan logistik seperti makanan siap saji, air bersih, perlengkapan bayi, pakaian, dan kebutuhan medis untuk seluruh desa di kecamatan tersebut.
Pemerintah desa dan kecamatan diketahui telah melaporkan kondisi darurat ini kepada pemerintah daerah. Namun hingga kini, menurut Mahyuddin, penanganan di lapangan masih jauh dari memadai.
“Sudah kami laporkan, tapi progresnya kecil sekali. Sementara situasi semakin memburuk dari hari ke hari,” katanya.
Ia berharap pemerintah kabupaten, provinsi, hingga pusat segera turun tangan menindaklanjuti keadaan Rusip Antara yang disebutnya berada dalam ancaman kemanusiaan jika keterlambatan penanganan terus berlanjut.