DIALEKSIS.COM | Jakarta - Aktivitas sektor manufaktur Indonesia mencatat tren positif menjelang akhir 2025. Laporan S&P Global mencatat Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia naik menjadi 53,3 pada November, tertinggi sejak Februari, dari posisi 51,2 pada bulan sebelumnya. Kenaikan ini menandai ekspansi industri yang semakin kuat seiring meningkatnya permintaan di pasar domestik.
“Capaian ini tentunya meningkatkan semangat kami, meskipun hasil survei PMI bukan dasar utama dalam menentukan kebijakan. Kita tetap mengacu pada IKI karena indikator tersebut merekam dinamika subsektor, mengaitkan data dengan struktur industri, dan memetakan sentimen pelaku usaha dengan lebih presisi," ucap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Selasa (2/12/2025).
Lonjakan pesanan baru mendorong peningkatan produksi, dengan jumlah pelanggan domestik menjadi faktor utama. Sementara itu, permintaan ekspor justru mengalami penurunan. Kondisi ini membuat produsen menambah stok barang jadi dan kapasitas kerja pabrik, serta merekrut tenaga kerja baru secara bertahap. Aktivitas pembelian bahan baku juga meningkat untuk menjaga kelancaran produksi.
“Di tengah perlambatan beberapa pasar ekspor utama, permintaan domestik kembali menjadi jangkar pertumbuhan. Industri kita bergerak adaptif, melakukan penyesuaian kapasitas agar tetap menjaga momentum,” kata Agus.
Kementerian Perindustrian terus mendorong efisiensi, integrasi rantai pasok berbasis bahan baku lokal, serta peningkatan kompetensi tenaga kerja. Transformasi menuju manufaktur hijau dan inovasi proses juga menjadi prioritas untuk menjaga daya saing jangka panjang.
Secara regional, PMI manufaktur ASEAN tercatat 53,0 pada November 2025. Indonesia berada dalam kelompok ekspansif bersama Thailand (56,8) dan Vietnam (53,8), sementara Filipina masih di zona kontraksi (47,4). Di tingkat global, negara seperti India (59,2) dan Amerika Serikat (52,5) juga menunjukkan ekspansi, menandakan stabilitas aktivitas industri meski pemulihan berjalan tidak merata.
“Kami yakin sektor manufaktur tetap menjadi andalan perekonomian nasional. Prioritas kami menjaga iklim usaha yang sehat, mendorong nilai tambah, dan mengawal transformasi industri yang berkelanjutan.” pungkas Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. [in]