kip lhok
Beranda / Sosok Kita / Sang Juru Masak Pangeran Arab Saudi Bernama Weni Susilowati

Sang Juru Masak Pangeran Arab Saudi Bernama Weni Susilowati

Minggu, 10 Januari 2021 23:50 WIB

Font: Ukuran: - +

Mengenal Weni Susilowati, sang juru masak pangeran Arab Saudi (Foto: Yudha Maulana)


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kemiskinan yang menimpa keluarganya sejak kecil, tak menyurutkan langkah Weni Susilowati (52) untuk menjadi seorang juru masak kelas dunia. Pengalaman memasak di berbagai hotel bintang lima sampai bintang tujuh di Timur Tengah pernah diarunginya. Berkat itulah pria kelahiran Kendal, Jawa Tengah ini dipercaya menjadi bagian tim masak Alain Ducasse untuk melayani hidangan Keluarga Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Muhammad dan tamu-tamunya.

Sejak kelas tiga SD, Weni terbiasa untuk berangkat dini hari ke hutan di Kaliwungu, tujuannya satu, yakni untuk mencari kayu bakar untuk dijual di Pasar Sore. Mencari kayu bakar bukan hal yang mudah, tantangan pertama ialah menyeberangi Sungai Blorong yang tinggi muka airnya mencapai sepinggang. Tapi, hal itu ia lakukan dengan menyokong kehidupan orang tua dan adik-adiknya.

"Pagi kita sampai jam 8, kita mulai manjat mencari kayu yang kering di atas pohon. Kira-kira kita harus memanjat puluhan meter, demi mencari ranting yang kering. Kemudian kita kumpulkan, setelah terkumpul kita kembali ke pinggir jalan untuk mencari mobil yang mau ke kota. Pasar Sore dulu yang paling terkenal," ujar Weni saat berbincang dengan detikcom, belum lama ini.

Satu pikulan kayu seberat kurang lebih 30 kilogram dihargai Rp 75, ia jajakan kayu tersebut ke orang-orang yang berseliweran pasar. "Saya berkeliling agar ada yang beli," katanya.

Bekerja di kapal pesiar, ternyata tak seindah yang Weni bayangkan. Alhasil ia hanya kuat bekerja selama 8 bulan, dan akhirnya kembali ke Jakarta. Tak punya pekerjaan, ,ia menyambi menjadi sopir angkot 03 jurusan Meruya - Citraland. Sampai akhirnya, seorang temannya mengajaknya untuk bekerja di Dubai di Le Meridien Mina Seyahi Beach and Resort.

"Kerja di sana dua tahun, saya balik lagi ke Jakarta. Kerja di Darmawangsa Hotel, baru kemudian teman saya di Australia menawarkan pekerjaan di Maladewa, Kurumba Resort. Saya bekerja di sana dua tahun kurang, karena ketika itu kebetulan ada tsunami di Aceh dan saya sudah enggak betah, jadi alasan saya keluar pas, takut ada tsunami susulan," katanya. Saat Tsunami Aceh, Weni mengatakan resort tempatnya bekerja sempat terempas ombak kencang.

Setelah itu, Weni kembali ke Dubai ia bekerja di Burj Al Arab yang merupakan salah satu hotel paling mewah di Dubai UAE, kemudian Mardan Palace Hotel Antalaya (Turki), Nobu Japanese Restaurant Atlantis de palm (Dubai), Zuma Japanese Restaurant DIFC (Dubai), Akiko Japanese Restaurant (Bahrain), Hanisan Japanese Restaurant (Jeddah).

"DI Akiko Japanese Restaurant setelah kita buka selama empat bulan, kita memenangkan gelar The Best Japanese Chef dari majalah Time Out, alhamdulillah. Setelah itu saya mendapatkan pekerjaan dari orang Perancis di Arab Saudi, sempat interview dan food tasting, katanya makanan saya dinilai enak," katanya.

Baru akhirnya pada 2015 lalu, ia mendapatkan kesempatan sebagai anggota juru masak Allain Duccase untuk Kerajaan Arab Saudi, ia menjadi penghidang masakan Jepang untuk Pangeran Muhammad. Ia mengatakan, tim masaknya itu berasal dari berbagai negara untuk melayani putra mahkota dan tamu-tamunya.

"Saya di sana bekerja kurang lebih 10 bulan, karena mungkin belum jodohnya belum bisa kuat lama. Pemeriksaan keamanan di sana sangat ketat sekali, sampai empat kali pemeriksaan," katanya.

Baru pada tahun 2018, ia diajak pengusaha Puspo Wardoyo selaku pemilik Wongsolo Grup untuk merintis restoran shabu-shabu dan sushi di Bandung dan Yogyakarta. Saat ini ada tiga restoran yang dikelola Weni, yakni Shabu Sushi di Jalan Diponegoro Kota Bandung dan dua resto Shabu Suki di Yogyakarta.

"Nah pak Puspo ini mengajak saya merambah ke Japanese, kita buka di Jogja Shabu Suki ada di jalan Seturan sama di Kaliurang, setelah itu kita bikin di sini (Bandung). Shabu Suki dan Shabu Sushi beda. Di Yogyakarta itu ala carte, kalau di sini all you can eat. Alhamdulillah saya diajak kerjasama pak Puspo itu, ya karena ingin hijrahnya. Karena sudah terkenal Wongsolo itu halalan thoyyiban, jadi sampai saat ini dengan pak Puspo dan Wongsolo grup mudah-mudahan bisa sukses ke depannya," katanya [Detik.com].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda