Kamis, 28 Agustus 2025
Beranda / Berita / Aceh / 20 Tahun Damai, Wali Nanggroe: Aceh Masih Tergantung APBA dan Minim Investasi

20 Tahun Damai, Wali Nanggroe: Aceh Masih Tergantung APBA dan Minim Investasi

Jum`at, 15 Agustus 2025 17:15 WIB

Font: Ukuran: - +

Wali Nanggroe Aceh, Tgk. Malik Mahmud Al Haythar bersama Gubernur Aceh, Mualem dan Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Band Aceh - Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Malik Mahmud Al Haythar, menyoroti perkembangan Aceh yang dinilai belum menunjukkan kemajuan signifikan 20 tahun setelah perdamaian. Dalam sambutannya di acara Hari Damai di Gedung Balee Meuseraya Aceh (BMA), Jumat (15/8/2025), Wali Nanggroe menyebutkan bahwa Aceh masih menghadapi sejumlah tantangan serius.

“Kita saksikan hari ini Aceh masih ketergantungan yang tinggi terhadap belanja APBA, rendahnya investasi sektor riil, dan belum tumbuhnya industri besar atau infrastruktur ekonomi yang berkelanjutan,” ungkapnya.

Wali Nanggroe yang merupakan mantan Perdana Menteri Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan ikut menandatangani perjanjian damai Helsinki pada 2005 ini juga menyoroti tingginya tingkat pengangguran dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah di Aceh.

“Selain itu, implementasi butir-butir kesepakatan damai belum sepenuhnya berjalan. Banyak hal penting, seperti pengelolaan sumber daya alam dan pembentukan lembaga khusus, pengakuan simbol-simbol lokal, hingga penyelesaian masalah korban konflik belum terselesaikan dengan baik,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya pelaksanaan Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA) yang menurutnya bukan sekadar simbol hukum, melainkan dasar pemerintahan yang berkeadilan dan berdaulat secara administratif.

“Saya tidak menyalahkan siapa-siapa, ini adalah tanggung jawab moral dan amanah rakyat yang menaruh harapan besar terhadap perdamaian. Kita harus jujur melihat apakah kita telah memanfaatkan perdamaian ini dengan sebaik-baiknya. Jawabannya, masih belum," tegas Wali Nanggroe.

Dia mengajak seluruh pihak untuk tidak terjebak dalam nostalgia dan seremoni semata, melainkan menjadikan 20 tahun perdamaian sebagai titik balik untuk membangun Aceh dengan semangat damai, keadilan, dan kemajuan.

“Perdamaian Aceh adalah anugerah yang mahal tetapi rapuh. Ia hanya akan bertahan jika terus kita rawat, kita isi, dan kita beri makna yang dalam,” pungkas Malik. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
17 Augustus - depot
sekwan - polda
bpka