kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Abu Lam U: Pengawas juga Kewalahan Hadapi Santri, Belum Lagi Cemoohan Masyarakat

Abu Lam U: Pengawas juga Kewalahan Hadapi Santri, Belum Lagi Cemoohan Masyarakat

Minggu, 04 September 2022 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizky

[Foto: For Dialeksis]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pimpinan Pesantren Modern Al-Falah Abu Lam U, Saifuddin Sa'dan meminta dukungan untuk seluruh stakeholder, pengawas pesantren juga kualahan hadapi santri.

Hal ini disampaikan karena beberapa waktu lalu seorang santri berinsial M dipukul oleh seniornya di Pesantren Bustanul Ulum, Kecamatan Montasik, Aceh Besar menyebabkan luka lebam di mata, videonya viral di media sosial. 

Abu Lam U mengatakan, pengawasannya lebih diperketat agar sosialisasinya lebih baik lagi. Usaha dayah memang sudah keras tetapi katanya situasi dayah masih serba kekurangan. 

Ia selalu menghimbau kepada kepala dinas dayah agar para pengawas yang bertugas untuk diupgrade dengan hal-hal yang baru. Perkembangan anak sekarang lebih cepat daripada dulu, karena media luar juga mempengaruhi pesantren. 

Jadi, ada hal-hal yang didapatkan berasal dari luar, seperti budaya-budaya yang ditonton, baik usil dan sebagainya, itu mampu mempengaruhi anak.

Katanya, pemahaman ustad terkait globalisasi semoga menyatu dengan anak-anak. Ia melihat pengaruh kekerasan yang terjadi di tempat ini susah untuk dihapus.

Kemudian, di Sekolah Boarding juga terjadi hal-hal yang demikian, bukan hanya di pesantren saja. Terkadang memang terjadi kelepasan antara satu pihak ke pihak yang lain.

"Untuk kasus yang kemarin saya kira bukan sebuah penganiayaan tapi kekerasan atau pukulan pada anak kecil, namun pesantren sudah menangani kasus ini," ucapnya saat diwawancarai Dialeksis.com, Minggu (4/8/2022).

Maka untuk memblend bahwa pesantren penuh dengan kekerasan juga tidak bijak, kadang-kadang memang terjadi kekerasan karena anak-anak 24 jam bersama.

Jika dinas dayah mau mengambil peran itu ada pelatihan terhadap guru yang merata. Tambahnya, memang selalu ada hukuman terhadap anak-anak yang melakukan kekerasan. Ia berpikir ngak masalah jika diproses secara hukum tetapi untuk anak yang di bawah umur ada hukuman diversi. 

"Anak yang memukul belum tentu punya perangai jahat dalam dirinya namun belum dewasa dalam berpikir, maka dari itu, anak-anak harus dibina baik korban maupun pelaku," ujarnya lagi.

Dalam hal ini yang paling penting jangan menyalahkan satu sama lain. Pengawas atau guru di pesantren juga kualahan menghadapi anak-anak, di luar hadapi lagi cemoohan masyarakat.

Kadang-kadang guru di dayah ada yang tidak belajar psikologi remaja atau sejenisnya, ini juga perlu pembinaan. Semua stakeholder wajib mensupport hal-hal semacam ini supaya berkembang menjadi lebih baik. 

Ia menambahkan, dari tahun 1980-an sejak berdiri pesantren modern dan sekolah-sekolah boarding di Aceh sudah banyak peningkatan ke arah yang lebih baik.

"Sisi kekerasannya sudah sangat jauh menurun namun kita perlu mengurangi lagi," pungkasnya. [Au]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda