Aceh Krisis Tenaga Apoteker
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Ketua Ikatan Apoteker Indonesia Provinsi Aceh, Tedy Kurniawan Bakri. [Foto: Istimewa]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dimasa pandemi Covid-19Tenaga Kesehatan (Nakes) selama ini memang sangat dibutuhkan sampai har ini. namun terlepas dari itu, didalamnya terdapat satu posisi yang sangat krusial dan bahkan sangat minim sekali di isi oleh orang berprofesi dibidang tersebut yaitu Apoteker.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Ikatan Apoteker Indonesia Provinsi Aceh, Tedy Kurniawan Bakri saat diwawancara oleh Dialeksis.com, Jumat (14/1/2022).
Dirinya menyebutkan bahwa tingkat kebutuhan Apoteker di Aceh sangat tinggi. “Minimal disetiap Puskesmas yang ada diseluruh Aceh itu diisi 1 (Satu) Apoteker saja, itu sudah sangat membantu sekali,” ujarnya kepada Dialeksis.com.
“Aceh itu krisis sekali tenaga apoteker, terutama di Faskes (Fasilitas Kesehatan) dan diutamakan itu dipuskesmas yang dimana bersentuhan langsung dengan masyarakat,” tambahnya.
Kemudian, Dirinya menyebutkan, kalau boleh dibilang lebih dari setengah Puskesmas yang ada di Aceh dari 50% ke atas itu tidak ada Apotekernya. “Kenapa bisa begitu? Karena para Apoteker ini tidak diberi ruang untuk mengisi pos-pos itu,” sebutnya.
Selanjutnya Dia mengatakan, sebenarnya kita berharap tidak hanya melalui jalur ASN, tapi kalau menurut pemerintah Kabupaten/Kota melalui jalur ASN itu sangat sulit. “Jalur lain juga boleh, bisa juga melalui jalur P3K, karena apoteker itu tidak dipuskesmas maka dipastikan pelayanan ke Farmasian dipuskesmas tidak dapat dilaksanakan secara Ideal, Sesuai dengan standar ke Farmasian dipuskesmas, hal itu ada PMK (Peraturan Menteri Kesehatan) nomor 74 tahun 2016 tentang standar pelayanan Farmasi dan Puskesmas,” tegas Tedy.
Selama ini, kata Tedy, yang menjalankan pelayanan Farmasi di Puskesmas itu Bidan, Perawat, dan lainnya. “Itukan konyol sekali,” tegasnya.
Di Provinsi Aceh, kata Tedy, terdapat lebih kurang 361 Puskesmas. “Dari 361 Puskesmas itu, baru 61 Puskesmas di Aceh yang baru ada Apotekernya,” rincinya.
Menurutnya, di Aceh sendiri ada lebih dari 1.000 Apoteker yang masih berlalu lalang mencari pekerjaan, Seharusnya, katanya, kebutuhan Apoteker di aceh itu bisa terpenuhi dengan sangat maksimal. “Namun karena tidak space atau ruang terhadap Apoteker ini, maka angka Apoteker di Aceh bisa disebut sangat disia-siakan,” tegasnya lagi.
Sebelumnya, IAI Provinsi Aceh sudah melakukan advokasi dengan setiap Kabupaten/Kota yang ada di Aceh agar bisa merekrut tenaga Apoteker lebih dengan maksimal. “Sebelumnya kita sudah bertemu dengan bupati Aceh Tengah, Beliau sangat support sekali dengan hal ini, karena di Aceh tengah sendiri terdapat belasan Apoteker, namun baru 2 puskesmas saja yang baru terisi Apoteker, Alhamdulillah tahun ini (2022), Aceh Tengah membuka lowongan Apoteker diseleuruh Puskesmas, namun sayangnya tidak seluruh Kabupaten/Kota,” sebutnya.
Tedy menyebutkan, sperti Simeulue itu tidak membuka sama sekali, justru yang dibuka itu D3 Farmasi. “Padahal D3 Farmasi dan Apoteker itu jauh berbeda kompetensinya, D3 Farmasi itu lebih kepada Teknisnya, lebih seperti bagaimana mengemas obat, menyiapkan obat sesuai dengan resep, atau sejenisnya. Sedangkan Apoteker sendiri itu jauh diatasnya,” jelasnya.
Tenaga Apoteker, kata Tedy, tugasnya itu menganalisa, apakah resep yang ditulis oleh dokter telah tepat dosis, apakah ada efek samping yang beresiko terhadap pasien, informasi tentang penggunaan obatnya, bagaimana menyimpan obatnya, bagaimana melakukan perencanaan. “Selama ini perencaan itu tidak dibuat oleh seorang Apoteker, akhirnya apa? Banyak obat yang kadaluwarsa, banyak obat yang rusak, dan lainnya,” sebut Tedy.
Tedy sendiri sangat menyayangkan hal ini. “Kenapa pemerintah daerah itu tidak memahami ini, padahal selama ini, kita kekurangan tenaga Apoteker di daerah, terutama di Puskesmas,” sebutnya.
“Kita semua sangat berharap mendapatkan pelayanan kesehatan dengan optimal, apalagi program pemerintah yang fokus kepada bidang Kesehatan. Namun nyatanya pelayanan kesehatan SDM nya sendiri masih kurang, terutama di bidang Farmasi yaitu posisi Apoteker, kita sangat berharap dari 361 Puskesmas itu minimal disetiap Puskesmas ada 1 tenaga Apoteker,” tegasnya.
Tedy mengatakan, bahwa setiap tenaga Apoteker itu semua sudah melewati ujian Kompetensi.
“Mau dari manapun alumninya itu sudah memiliki standar minimal keilmuan yang mereka miliki dan sudah diuji secara nasional, dan tidak ada yang dibawah standar, karena kita sudah memilikinilai standar untuk lulus, dan tidak ada dibawah standar, artinya Apoteker yang ada saat ini itu semuanya punya kompetensi untuk bisa melakukan pelayanan ke Farmasian, kita berani sampaikan bahwa ketika Lowongan posisi Apoteker dibuka, saya yakin semuanya akan penuh di setiap Kabupaten/Kota di Aceh khususnya,” pungkasnya. [ftr]