Akademisi: Bila Terus Berantem, PNA Akan Kehilangan Loyalis
Font: Ukuran: - +
Reporter : Akhyar
Foto: Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kisruh yang terjadi dalam Partai Nanggroe Aceh (PNA) kembali mencuat di tengah publik. Tentunya, kisruh ini menambah umur panjang daftar kekisruhan dalam internal partai tersebut.
Akademisi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Washliyah Banda Aceh, Fauza Andriyadi SHI MSI menegaskan, bila kisruh tersebut tak segera diakhiri, dikhawatirkan akan berakibat fatal untuk perjalanan dan eksistensi PNA ke depan.
“Efeknya bisa jadi ke depan PNA akan kehilangan konstituen, baik loyalis utama ataupun yang bukan loyalis,” ujar kandidat Doktor Fiqih Modern UIN Ar Raniry itu kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Minggu (30/1/2022).
Selain itu, kata dia, dampak negatif dari kekisruhan ini bisa terancam pada perpindahan haluan para kader-kader PNA ke partai lain.
Menurutnya, dunia perpolitikan Indonesia sudah berubah. Hal ini ditandai dengan Pemilihan Presiden (Pilpres), Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), dan anggota legislatif yang dilaksanakan secara serentak pada tahun 2004.
Oleh sebab itu, kata Fauza, bila PNA terus larut dalam pertikaian, maka para calon legislatif ini akan mencari kendaraan politik lain, yang bagus, bebas sengketa, agar mereka bisa mencapai tujuan politiknya.
Di sisi lain, Fauza menilai, perjalanan dan eksistensi politik lokal terutama yang digawangi oleh partai lokal di Aceh agak sedikit terjadi kemunduran. Kemunduran yang dimaksud ialah kemunduran dalam perolehan kursi di parlemen terutama di tingkat provinsi.
Fauza menegaskan, bila PNA tak bisa mengakhiri konfliknya, tentu akan berimbas negatif bagi perolehan kursi di legislatif, baik itu untuk partai lokal secara umum ataupun bagi PNA secara khusus.
Menurut pengamatan Fauza, kekisruhan yang terjadi di tubuh PNA akibat tak ada tokoh sentral yang muncul sebagai pemersatu pasca Irwandi Yusuf tersandung rasuah.