kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Ancaman Kekeringan Parah di Aceh, Ahli Lingkungan: Perlu Antisipasi Segera

Ancaman Kekeringan Parah di Aceh, Ahli Lingkungan: Perlu Antisipasi Segera

Minggu, 28 Juli 2024 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : ARN

TM Zulfikar ahli lingkungan dan akademisi di Universitas Serambi Mekkah. Foto: dok pribadi


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), melalui Fadmi Ridwan menyatakan dua wilayah di Aceh yakni Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Tamiang berpotensi mengalami kekeringan parah. Terutama berpotensi krisis air untuk minum.

Membahas hal itu lebih mendalam, Dialeksis.com menghubungi TM Zulfikar ahli lingkungan dan akademisi di Universitas Serambi Mekkah, ia menjelaskan Kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh Besar perlu segera mengantisipasi terjadinya kekeringan yang semakin parah. 

Menurutnya, sebagaimana diketahui bahwa dalam beberapa bulan terakhir Kabupaten Aceh Besar memang sudah terjadi krisis air bersih dan kebutuhan pokok air sehari hari.  

"Saat ini sudah diberlakukan kondisi darurat untuk beberapa bulan ke depan. Demikian juga di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang, sudah juga dirasakan terjadinya krisis air akibat kekeringan," jelasnya kepada Dialeksis.com.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Zulfikar menegaskan perlu gerak cepat pemerintah daerah setempat dalam menangani dan menanggulangi bencana kekeringan tersebut. 

Zulfikar lanjut menjelaskan, kekeringan yang terjadi di beberapa wilayah di Aceh karena pengurangan debit air yang cukup tinggi, bahkan bisa mencapai 30 hingga hingga diatas 50 persen dari debit semula. Kondisi seperti ini memang harus segera diatasi dengan cepat, jangan sampai masyarakat kita khususnya di 2 Kabupaten tersebut tidak memperoleh air untuk kebutuhan pokok mereka. 

Berbicara faktor, menurut mantan direktur Walhi Aceh ini, ada banyak faktor penyebab kekeringan tersebut, seperti distribusi hujan di suatu tempat yang tidak merata. 

Faktor lain katanya, tentunya perlu diidentifikasi lokasi hutan lindung yang berada di bulu sungai yang berfungsi sebagai penyimpan air, bisa jadi juga sudah kritis. Kita ketahui di wilayah Aceh Besar juga ada penambangan batu gamping yang juga berpengaruh pada kualitas dan juga ketersediaan air bersih. 

Lanjut lebih dalam menjelasjab, di 2 Kabupaten, Aceh Tamiang dan Aceh Besar juga memiliki wilayah karst, yakni kawasan yang berfungsi juga menyimpan air yang memiliki ciri khas batuan limestone (Batu Kapur/Gamping). Hal ini perlu kajian dan investigasi apa benar kawasan ini juga semakin rusak. Jangan sampai dibiarkan berlarut larut 

Dirinya juga menginformasikan kalau di Aceh Tamiang juga banyak ditemukan lokasi lahan perkebunan kelapa sawit yang sedikit banyak juga sangat berpengaruh terhadap ketersedian air bersih. 

"Jadi memang sangat banyak hal yang harus diperhatikan Pemerintah dan Para pihak. 

Selain karena masuknya musim kemarau, alih fungsi lahan dan hutan juga harus menjadi perhatian serius, termasuk galian pasir dan bebatuan yang akan berdampak pada kehancuran sumber mata air," ungkapnya.

Terpenting, kata Zulfikar, dari sekian banyak faktor tentunya semuanya penting untuk ditangani bersama sama dengan tetap satu komando dibawah pemerintah setempat. Siapkan berbagai langkah dan strategi sehingga krisis kekeringan bisa segera ditangani. Melindungi sumber sumber kehidupan seperti air ini sangat penting dan menjadi prioritas bagi semua pihak.***

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda