Angka Kecelakaan di Tol Sibanceh Menurun selama 2024
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Branch Manager Ruas Tol Sigli- Banda Aceh, Totok Masyadi menyatakan bahwa sepanjang 2024, terjadi enam kecelakaan di Tol Sibanceh. Dari jumlah ini, lima di antaranya adalah kecelakaan tunggal.
Ia memastikan bahwa jumlah kecelakaan ini mengalami penurunan dibandingkan 2023 yang tercatat sebanyak tujuh kejadian.
Meski demikian, ia tetap mengingatkan agar kecelakaan serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.
“Kecelakaan yang terjadi pada Februari, Maret, April, Juni, Oktober, dan November 2024 ini didominasi oleh faktor cuaca, gangguan lingkungan, dan hewan yang masuk ke jalur tol,” kata Totok, Jumat (10/1/2025).
Menurut pihak pengelola, terang dia, kecelakaan akibat cuaca seperti hujan terjadi karena pengemudi kurang mengantisipasi kondisi jalan yang licin, sehingga menyebabkan selip ban. Dua dari enam kecelakaan tercatat akibat selip ban.
“Karena itu, kami imbau agar pengemudi melajukan kendaraan maksimal 80/jam saat terjadi hujan,” ujar Totok.
Selain itu, gangguan lain yang turut berkontribusi dalam kecelakaan adalah munculnya hewan ternak yang tiba-tiba memasuki jalan tol.
Terkait hal itu, Totok meminta agar pemilik hewan ternak mematuhi peraturan dalam qanun yang mewajibkan mereka untuk mengandangkan atau mengikat ternaknya guna mencegah bahaya bagi pengguna jalan.
“Saya pikir ini perlu dukungan dari pihak WH dan Satpol PP supaya dapat mendukung penertiban hewan ternak yang berkeliaran di sekitar kawasan tol,” kata Totok.
Totok juga menyoroti pentingnya sosialisasi kepada pengemudi untuk menurunkan kecepatan, terutama saat hujan, agar kejadian kecelakaan akibat pecah ban dan hilangnya kendali dapat dihindari.
“Sosialisasi ini telah kita lakukan melalui pemasangan spanduk di area sekitar jalan tol serta imbauan agar pengemudi tidak melampaui batas kecepatan maksimal yang telah ditetapkan, yaitu 80 km/jam saat hujan,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Totok juga menyebutkan bahwa jalan tol seksi Seulimuem-Padang Tiji yang sebelumnya dibuka terbatas untuk mendukung libur Natal dan Tahun Baru, kembali ditutup sementara.
Selain karena belum selesai 100 persen, penutupan juga disebabkan oleh kendala penyelesaian masalah dengan pemilik lahan yang belum terselesaikan.
“Kita berharap lebaran bulan Maret nanti bisa dibuka lagi di jalur Selimuem-Padang Tiji, termasuk rest area. Rest area penting untuk istirahat guna mencegah ngantuk dan microsleep,” pungkasnya.