kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Apkasindo Minta Pemerintah Aceh Komit Bangun Pelabuhan Eskpor CPO

Apkasindo Minta Pemerintah Aceh Komit Bangun Pelabuhan Eskpor CPO

Minggu, 05 Februari 2023 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Bentuk pelabuhan yang dipenuhi kontainer angkut barang. (Foto:pixabay)


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh meminta Pemerintah Aceh agar serius membangun pelabuhan ekspor CPO(crude palm oil/minyak mentah sawit).

Menurut Sekretaris Apkasindo Aceh Fadhli Ali, pembangunan pelabuhan itu bukan seedar wacana saja.

Fadhli menyebutkan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Indonesia sudah membuka kran soal pembangunan pelabuhan ekspor CPO di Aceh. Kesempatan tersebut, kata dia, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.

“Semoga hal ini dipersiapkan dan ditindaklanjuti secara serius oleh Pemerintah Aceh. Sehingga nanti bisa terealisasi, tidak berhenti jadi wacana saja,” kata Fadhli Ali, Minggu (5/3/2023).

Menurutnya, Aceh salah satu daerah paling banyak pelabuhan di Indonesia. Ironisnya, tambah dia, pengapalan CPO belum ada pelabuhan yang representatif untuk mengirim CPO.

Fadhli menjelaskan, ketika adanya pelabuhan ekspor, maka dapat mendukung sirkulasi pemasaran CPO baik di dalam maupun luar negeri.

Ia menyebutkan, berdasarkan data Apkasindo, luas perkebunan sawit di Aceh mencapai 535 ribu hektare. Lebih 50 persen diantaranya merupakan perkebunan sawit rakat.

Dimana penanaman itu dilakukan sejak 1911 silam. Artinya, kata dia, Aceh pionir penanaman kelapa sawit di Indonesia bersama provinsi Sumatera Utara.

“Dengan kata lain, sejak jauh sebelum Indonesia merdeka, Aceh sudah menghasilkan CPO,” sebut Fadhli.

Di kawasan barat-selatan Aceh, kata Fadhli, di Aceh Barat Daya (Abdya), Kecamatan Susoh, masih ada pelabuhan yang bongkar muat CPO. Namun kapal di sana tidak bisa bersandar, akibat insfrastruktur yang kurang memadai.

Fadhli menyebutkan, CPO yang dibongkar muat di Pelabuhan Susoh itu dihasilkan dari PT Socfindo. Setiap bulan tertimbun di sana.

“Proses pengapalannya dilakukan melalui pipa bawah laut,” kata dia. “Di mana kapal menyandar pada posisi 300 sampai 400 meter dari bibir pantai Desa Pulau Kayu. Saya heran mengapa Pemerintah Aceh sungguh lama membiarkan CPO dari Aceh itu diangkut dengan cara seperti itu keluar daerah.”

Menurut Fadhli, apabila pelabuhan ekspor CPO di Aceh ada. Baik di wilayah barat-selatan atau utara timur Aceh akan mendongkrak perekonomian Aceh. Sehingga angkat pengangguran dan kemiskinan tergurus. Aceh tidak akan lagi miskin.

Di samping itu, Fadhli menyebutkan, ongkos angkut CPO dari Pabrik Kelapa Minyak Sawit (PMKS) di Aceh mencapai Rp 500 per kilogram. Tingginya ongkos angkut CPO jadi komponen biaya penekan harga TBS (tandan buah segar) jadi murah.

Misalnya, kata Fadhli, ketika salah satu pabrik di kawasan barat selatan Aceh menuju ke Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara. Jaraknya hampir mencapai 1000 kilometer.

Ia berharap, dengan adanya keseriusan Pemerintah Indonesia melalui Kemenhub pelabuhan ekspor di Aceh dapat terwujud. Sehingga Aceh lebih mandiri, pastinya akan mensejahaterkan masyarakat.

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda