kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / ARC Unsyiah Bahas Pola Bisnis Nilam Aceh

ARC Unsyiah Bahas Pola Bisnis Nilam Aceh

Kamis, 27 Juni 2019 20:29 WIB

Font: Ukuran: - +

Kegiatan yang menghadirkan beberapa pelaku bisnis, komunitas, pemerintah serta pihak terkait ini dibuka oleh Wakil Rektor I Unsyiah Prof. Dr. Marwan di Balai Senat Unsyiah. (Rabu, 26/6).

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala menggelar Facus Discussion Group (FGD) yang membahas tentang pola bisnis minyak nilam Aceh termasuk produk turunannya.

Kegiatan yang menghadirkan beberapa pelaku bisnis, komunitas, pemerintah serta pihak terkait ini dibuka oleh Wakil Rektor I Unsyiah Prof. Dr. Marwan di Balai Senat Unsyiah. (Rabu, 26/6).

Ketua ARC Unsyiah Dr. Syaifullah Muhammad menjelaskan, FGD ini membahas beberapa hal penting yaitu tentang model bisnis produk atsiri, model bisnis klaster inovasi yang melibatkan Unsyiah, Pemerintah Aceh, Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya, Swasta dan masyarakat. Serta model bisnis sains and techno park (STP) nilam.

Syaifullah menjelaskan, ARC Unsyiah pada tahun 2019 telah ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Nilam oleh Kemenristekdikti.  Status PUI pada ARC Unsyiah ini cukup menarik karena orientasinya adalah produk. Maka ARC menilai kegiatan ini sangat penting agar produk-produk nilam hasil binaan ARC selama ini bisa dipasarkan dengan baik. Untuk itulah, ARC mengundang para pakar serta pihak yang memahami betul permasalahan nilam ini.

"Karena sebenarnya kerumitan itu terjadi karena kita mencoba menggabungkan pendekatan akademik dengan bisnis. Jika bisnis dengan bisnis itu biasa, namun  bisnis dengan akademik ini tidak biasa, karena akan berhadapan dengan banyak sekali regulasi," ucapnya.

Marwan dalam sambutannya mengatakan, saat ini nilam Aceh khususnya yang ditanam di Aceh Jaya telah menjadi perbincangan nasional baik di Kemenristekdikti ataupun Bappenas. Sebab nilam Aceh memiliki beberapa keunikan. Di antaranya memiliki kadar patchouli oil yang bisa di atas 30 %. Selain itu jumlah minyak yang dihasilkan dalam sekali penyulingan atau rendemen pada nilam Aceh bisa mencapai 3 %.

Meskipun demikian potensi ini belum mampu dioptimalkan. Sebab saat ini Aceh hanya sebatas penghasil minyak nilamnya saja. Padahal jika dilakukan pengolahan lebih lanjut akan memberikan nilai tambah yang lebih besar, yang pada akhirnya bisa mendorong kesejahteraan petani nilam Aceh.

"Unsyiah melihat ini sebagai potensi yang sangat mungkin dikembangkan. Maka kita berharap diskusi ini bisa menemukan titik terang untuk keberlanjutan industri nilam di Aceh," ungkap Marwan.

Sekretaris Daerah Aceh Jaya  Drs. H. Mustafa. S.Pd, M.A.P menjelaskan, selama ini Pemerintah Aceh Jaya telah melakukan kerja sama dengan beberapa pihak untuk mengembangkan minyak nilam termasuk dengan ARC Unsyiah. Mustafa menyebutkan, luas tanaman nilam di Aceh Jaya sejak tahun 2013 – 2018 telah mencapai 238,5 hektar

"Dari jumlah tersebut mampu memproduksi minyak nilam sebanyak 37,8 ton/tahun, dengan tingkat produktivitas 166 Kg/hektar dan dikelola oleh 490 Kepala Keluarga," ungkapnya.

Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatangaann MoU antara Unsyiah  dengan Direktur PT. Koetaradja Aromatik  Sri Ramadani, ST, terkait pembelian teknologi produk ARC dengan royalti.

Setelahnya, ARC Unsyiah juga melaunching beberapa produk unggulannya yang siap dipasarkan. Di antaranya adalah Parfum Neelam dengan hi-grade Patchouli, Balsem cair Aku-Care Aroma Terapi, Nano Body Scrub Milamo dengan Nilam dan ampas kopi, Hand sanitizer Cantila dengan Nilam dan serai wangi, Ramu, Air Freshener Aromatherapy, Ramu Patchouli Bath Salt Aromatherapy, Ramu, Original Patchouli Oil Aromatherapy dan  Naturi, Teh Herbal Daun Kelor. (pd/rel)

Keyword:


Editor :
Pondek

riset-JSI
Komentar Anda