Minggu, 13 Juli 2025
Beranda / Berita / Aceh / Banda Aceh Darurat Pelecehan Anak, Psikolog Poppy Amalya Bagikan Tips Perlindungan Anak

Banda Aceh Darurat Pelecehan Anak, Psikolog Poppy Amalya Bagikan Tips Perlindungan Anak

Rabu, 09 Juli 2025 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Psikolog sekaligus Founder Yayasan Amanah Kamome, Poppy Amalya. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Fakta mengejutkan kembali disampaikan aparat penegak hukum: kasus pelecehan seksual terhadap anak di Banda Aceh masih tergolong tinggi. Bahkan, dalam dua tahun terakhir, Polresta Banda Aceh mencatat ada lebih dari 60 laporan yang berkaitan dengan tindak pidana ini.

“Dalam dua tahun terakhir, kita tangani sekitar 60 kasus pelecehan seksual. Dari jumlah itu, sekitar 40 kasus sudah kita selesaikan hingga ke tahap penyidikan. Ini menunjukkan bahwa kasus ini bukan hanya nyata, tapi juga serius,” ujar Kasat Reskrim Polresta Banda Aceh, Kompol Fadillah Aditya Pratama dalam konferensi pers yang digelar di Mapolresta, Selasa (8/7/2025).

Lebih mengejutkan lagi, sebagian besar pelaku diketahui memiliki hubungan dekat dengan korban, seperti teman, tetangga, bahkan keluarga sendiri.

Menanggapi hal ini, psikolog sekaligus Founder Yayasan Amanah Kamome, Poppy Amalya, menegaskan pentingnya peran orang tua dalam mencegah pelecehan seksual terhadap anak.

Menurutnya, upaya perlindungan tidak cukup hanya dari sisi hukum, tetapi juga harus ditanamkan dari dalam rumah, terutama melalui pendidikan psikologis dan emosional sejak dini.

“Anak-anak adalah individu yang belum memahami batasan tubuh. Maka dari itu, penting sekali bagi orang tua untuk membangun komunikasi yang terbuka sejak dini. Anak harus merasa aman untuk bercerita tanpa takut dimarahi atau disalahkan,” tegas Poppy kepada Dialeksis.com, Rabu (9/7/2025).

Dalam penjelasannya, Poppy menyoroti langkah konkret yang bisa dilakukan orang tua dengan membangun komunikasi terbuka sejak dini.

“Biasakan anak untuk bercerita. Dengarkan dengan empati dan tunjukkan bahwa orang tua adalah tempat paling aman untuk berbicara,” ujarnya.

Selain itu, kata Poppy, orang tua juga disarankan untuk mengenalkan bagian tubuh dengan istilah yang tepat dan menjelaskan bahwa bagian privat tidak boleh disentuh orang lain, bahkan oleh orang yang dikenal.

"Tanamkan konsep "Tubuh Saya Milik Saya", ini bukan slogan kosong. Anak harus memahami mereka berhak menolak sentuhan yang membuat mereka tidak nyaman. Bahkan dari orang dewasa," ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa melalui boneka, buku cerita, atau permainan peran, orang tua bisa mengajarkan anak tentang mana sentuhan yang aman dan mana yang harus diwaspadai.

Untuk membantu para orang tua dan pendidik, Yayasan Amanah Kamome juga menyusun Modul Edukasi Orang Tua dengan judul “Melindungi Anak dari Pelecehan Seksual: Panduan Psikologis untuk Orang Tua”.

Dalam modul ini, Poppy mengajak orang tua untuk kenali fakta bahwa 80% pelaku pelecehan seksual terhadap anak adalah orang yang dikenal korban. Ini menunjukkan pentingnya pengawasan bahkan dalam lingkungan dekat.

Mulai Edukasi Seksual Sejak Usia 2 Tahun, dengan menggunakan permainan atau buku anak-anak, orang tua dapat mulai mengajarkan anak tentang bagian tubuh dan batasan privasi.

"Mulailah dengan pertanyaan sederhana seperti ‘Hari ini ada yang bikin kamu tidak nyaman?’ Ini membantu membangun kepercayaan,” ungkapnya.

Selain itu, modul ini juga mencantumkan tanda-tanda anak yang mungkin mengalami pelecehan, seperti menjadi lebih pendiam dari biasanya, menolak mandi atau ganti pakaian, mimpi buruk atau perubahan pola tidur dan ketakutan berlebihan terhadap seseorang.

Untuk anak usia 4“10 tahun, Poppy Amalya bersama timnya menciptakan cerita interaktif berjudul “Tubuhku adalah Milikku”.

Cerita ini menceritakan seorang anak bernama Dira yang mengalami situasi tidak nyaman di taman, dan dengan keberanian, ia menolak sentuhan yang tidak diinginkan lalu bercerita kepada ibunya.

Melalui cerita ini, anak-anak diajak untuk mengenali perasaan tidak nyaman, mengatakan “tidak” dengan tegas dan segera mencari bantuan dari orang yang mereka percaya.

Cerita tersebut juga dilengkapi dengan permainan edukatif, seperti "Sentuhan Ajaib atau Aneh?” untuk membantu anak mengenali zona privat dan kartu ekspresi (senang, takut, malu, bingung) yang membantu anak mengekspresikan apa yang mereka rasakan

Poppy juga menegaskan pentingnya membangun kepercayaan diri anak. “Anak yang terbiasa membuat keputusan kecil sehari-hari, seperti memilih baju atau menu makanan, akan lebih terbiasa mengatakan 'tidak' ketika menghadapi situasi yang mengancam,” jelasnya.

Ia menambahkan, respons orang tua saat anak bercerita adalah kunci utama. “Jangan pernah menyalahkan anak. Katakan: ‘Kamu hebat karena berani cerita. Sekarang kita cari bantuan.’ Anak perlu merasa dilindungi, bukan dihakimi," pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI