kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Bioskop Syariah, Ikon Unik Aceh yang Angkat Nilai-nilai Islami ke Dunia

Bioskop Syariah, Ikon Unik Aceh yang Angkat Nilai-nilai Islami ke Dunia

Jum`at, 01 November 2024 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Pengamat Sosial dan Politik Aceh, T.M. Jafar Sulaiman. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Banda Aceh nomor urut 4, Teuku Irwan Djohan dan Khairul Amal, berkomitmen untuk memberikan solusi bagi kebutuhan hiburan yang selaras dengan nilai-nilai Islami dan budaya Aceh. 

Dalam debat publik yang berlangsung di Hotel Amel Convention Hall pada Rabu malam (30/10/2024), Irwan Djohan mengungkapkan salah satu program unggulan mereka: membangun bioskop syariah pertama di Banda Aceh.

Irwan Djohan menyampaikan bahwa program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hiburan generasi muda Aceh yang, menurutnya, sejalan dengan syariat dan nilai-nilai lokal. 

“Bioskop syariah merupakan langkah yang tepat untuk memberi ruang hiburan yang Islami dan nyaman bagi masyarakat, khususnya generasi muda dan milenial di Banda Aceh,” ungkapnya saat memaparkan visi-misi mereka di hadapan panelis dan masyarakat.

Pengamat Sosial dan Politik Aceh, T.M. Jafar Sulaiman, menyatakan dukungannya terhadap ide ini, yang dianggapnya mampu mengharmoniskan kebutuhan alamiah manusia dengan tuntutan agama. 

"Bioskop syariah itu sangat penting diwujudkan di Aceh, bahkan sangat penting sekali. Apa yang dilakukan oleh Irwan Djohan ini, menurut saya, adalah sebuah langkah yang sinkron antara sifat alami manusia dengan syariat agama,” kata Jafar kepada Dialeksis.com, Jumat (1/11/2024).

Menurutnya, hiburan adalah bagian dari fitrah manusia yang selama ini mungkin dianggap tabu dalam masyarakat Aceh. 

"Alamiah manusia itu selebrasi, hiburan, kebersamaan, menikmati hidup. Dan agama tidak pernah membunuh alamiah itu. Konsep bioskop syariah justru memberikan tempat untuk mengekspresikan hal ini tanpa harus keluar dari norma agama,” tambahnya.

Jafar juga menggarisbawahi pentingnya konsep bioskop syariah sebagai simbol identitas yang berbeda. 

Menurutnya, Bioskop syariah bisa menjadi ikon Aceh, bahkan di dunia mungkin belum ada yang seperti ini. Bioskop tersebut bisa dirancang dengan tempat duduk yang dipisah antara laki-laki dan perempuan, serta area khusus untuk keluarga. 

"Dengan begitu, keluarga-keluarga yang ingin menikmati waktu bersama pun merasa nyaman, khususnya saat menonton film-film keluarga atau animasi anak-anak,” jelasnya.

Lebih jauh, Jafar mengulas sejarah panjang keberadaan bioskop di Aceh sebagai bukti bahwa hiburan publik bukan hal baru. 

Ia menekankan bahwa pandangan miring yang sering dikaitkan dengan keberadaan bioskop sebenarnya tidak memiliki landasan yang kuat. 

"Ketika bioskop sudah ada selama puluhan tahun di Aceh, apakah ini berarti orang Aceh atau ulama yang hidup di zaman itu melakukan maksiat? Kan, tidak. Banyak ulama besar Aceh yang lahir saat bioskop ada di Aceh. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Aceh memiliki tradisi intelektual dan keagamaan yang toleran,” katanya.

Jafar mengkritisi pihak-pihak yang menganggap hiburan modern seperti bioskop bertentangan dengan syariat. Menurutnya, pandangan ini lebih dipengaruhi oleh kelompok tertentu yang cenderung menafsirkan agama dengan cara yang sempit. 

"Masyarakat Aceh itu sejak dulu adalah masyarakat yang kosmopolit dan terbuka terhadap perkembangan dunia. Namun, ada tiran agama yang ingin membatasi hal ini,” pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda