kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / BKSDA Aceh: Gajah Berkeliaran di Perkebunan Karena Habitatnya Terganggu

BKSDA Aceh: Gajah Berkeliaran di Perkebunan Karena Habitatnya Terganggu

Rabu, 30 Januari 2019 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : M. Rizal
Ilustrasi gajah. (Foto: Reuters)

DIALEKSIS.COM | Meureudu - Meski Tim BKSDA Aceh sudah menurunkan dua gajah jinak untuk melakukan penggiringan gajah liar di perkebunan warga Desa Lhok Sandeng, tapi sampai hari ini juga belum berhasil menghalau ke habitatnya, Senin (29/1).

Kepala Satuan Polhut Aceh, yang juga Ketua Tim BKSDA Aceh, Kurnaidi atau yang akrab disapa Bolor menjelaskan, padahal penggiringan tersebut telah dilakukan pihaknya dengan membentuk dua rombongan. Rombongan pertama memulai pencarian dan penggiringan dari Beuracan, kecamatan Meureudu, dan rombongan lain menunggu di perkebunan Lhok Sandeng, kecamatan Meurah Dua. 

"Kami dari anggota BKSDA Aceh yang ditugaskan ke Lhok Sandeng berjumlah 15 orang. Dikarenakan gajah yang kami cari sudah berada di Alu Demam Beuracan, maka kami bentuk menjadi dua regu, masing-masing regu beranggotakan 8 dan 7 orang. Satu regu memulai penggiringan dari Beuracan dan satu regu lagi menunggu di pertengahan antara Beuracan dan Lhok Sandeng. Dengan tujuan, apabila penggiringan dari Beuracan dan gajah tersebut menuju pemukiman Lhok Sandeng, maka rombongan yang satu lagi menghadang dari arah Lhok Sandeng dan menghalau ke arah barat untuk sama-sama kita giring ke habitatnya," jelas Bolor. 

"Insya Allah dengan mendatangkan si jinak Opo dan Afan ini, pihak kami harus berhasil menggiring gajah ini ke habitatnya, sebab pengalaman-pengalaman kami dalam melakukan hal serupa, gajah jinak yang sudah dilatih ini akan mampu membatu kami dalam menggiring gajah tersebut ke habitatnya," imbuh Bolor.

Lebih lanjut, Bolor mengatakan, bahwa gajah yang satu ini kemungkinan gajah yang kalah dari rombongan (pejantan) di habitatnya, maka dia berpindah tempat ke Lhok Sandeng.  

"Secara alam kita juga menyadari bahwa habitat gajah semakin hari semakin sempit disebabkan berbagai faktor, seperti penambahan lahan pertanian/perkebunan ke dalam wilayah hutan lindung, pelaku ilegal logging yang menebang hutan secara sembrono, dan kemungkinan juga pihak pemburu ilegal dengan kepentingannya sendiri yang telah memasuki habitat gajah. Ditambah lagi dengan penambahan jumlah satwa (gajah) setiap tahunnya yang terus berkembang biak. Maka habitat gajah semakin hari semakin berkurang, sementara gajahnya semakin hari semakin bertambah. Secara alam, dia (gajah) akan mengungsi ke lokasi lain sampai ke pemukiman penduduk," jelas Bolor.

"Untuk itu, kami dari pihak BKSDA akan bekerja semaksimal mungkin menggiring gajah liar tersebut sampai ke habitatnya, agar masyarakat bisa melakukan aktifitasnya sehari-hari tanpa ada merasa ketakutan lagi akan gangguan gajah liar tersebut," pungkas Bolor. (mr)

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda