kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Borobudur Internasional Arts and Performance Festival 2019 Ditutup dengan Penampilan Tari Seudati

Borobudur Internasional Arts and Performance Festival 2019 Ditutup dengan Penampilan Tari Seudati

Senin, 08 Juli 2019 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Delapan orang penari dan dua Aneuk Syahi (syekh) saat menampilkan tari Seudati pada acara penutupan Borobudur Internasional Arts and Performance Festival 2019. Selain Seudati, Aceh juga menampilkan tari Ratoh Jaroe pada malam sebelumnya. (Foto: BPPA/ Saifullah S)



DIALEKSIS.COM | Magelang -  Pagelaran Borobudur Internasional Arts and Performance Festival 2019 ditutup dengan penampilan tari Seudati dari Aceh. Tarian tersebut dibawakan oleh sanggar Rumoh Budaya yang merupakan sanggar seni binaan Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA).

Mereka tampil bergantian dengan tarian lainnya dari setiap daerah di Jawa Tengah dan Provinsi lainnya antara lain DKI Jakarta, Banten, dan kesenian dari luar negeri. Provinsi Aceh sendiri menjadi salah satu daerah yang mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam acara itu.

"Selain Seudati, malam kemarin Aceh juga tampil memukau di hadapan warga Magelang. Kali itu, Aceh menampilkan tarian Ratoh Jaroe yang dibawakan putra-putri terbaik dari Aceh," kata Kepala BPPA, Almuniza Kamal.

Kepala BPPA Almuniza Kamal mengatakan, kegiatan tahunan Internasional Arts and Performance Festival 2019 adalah ajang representatif kebudayaan antar Provinsi yang digelar dengan tujuan mempromosikan kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia.

"Ajang tersebut menjadi perhelatan paling ditunggu-tunggu oleh pelaku seni, karena mampu menyatukan keberagaman yang ada di Indonesia. Aceh sendiri berhasil tampil memukau dan menghibur para undangan serta wisatawan yang tengah melancong ke Candi Borobudur," ujarnya.

Diakhir tarian, delapan orang penari ditambah dua Aneuk Syahi menghampiri Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sri Puryono dan membagikan cindera mata berupa kopi Aceh yakni Bawadi Coffe, salah satu produk Industri Kecil Menangah (IKM) dari Aceh yang bekerjasama dengan BPPA.

"Ini ada oleh-oleh kopi pak, dari Aceh, mohon diterima, pak," ujar salah satu penari, Yusri Saleh sambil menyodorkan bungkusan kopi yang diterima Sekda Provinsi Jawa Tengah dengan wajah sumrigah.

Almuniza berharap, ajang Borobudur Internasional Arts and Performance Festival 2019 dan ajang kesenian lainya dapat menjadi pintu masuk untuk publik nasional dan internasional mengenal Aceh dan menjadi penyemangat serta energi terbarukan bagi dunia pariwisata di Aceh.

"Kebangkitan Aceh di masa depan dimulai dari seni dan budayanya. Dan sudah seharusnya bangkitnya Aceh dimulai dari melestarikan kebudayaan dan kesenian," ujarnya. (pd/rel)


Delapan orang penari dan dua Aneuk Syahi (syekh) saat menampilkan tari Seudati pada acara penutupan Borobudur Internasional Arts and Performance Festival 2019. Selain Seudati, Aceh juga menampilkan tari Ratoh Jaroe pada malam sebelumnya. (Foto: BPPA/ Saifullah S)




Keyword:


Editor :
Pondek

riset-JSI
Komentar Anda