Beranda / Berita / Aceh / Budayawan Tarmizi A Hamid: Banyak Peninggalan Sejarah Aceh Terbengkalai

Budayawan Tarmizi A Hamid: Banyak Peninggalan Sejarah Aceh Terbengkalai

Minggu, 13 Desember 2020 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar
Budayawan Tarmizi A Hamid. [IST]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Aceh mengalami daya krisis dalam berbagai lintas sektor, salah satunya sektor pelestarian budaya.

Budayawan Aceh, Tarmizi A Hamid mengatakan banyak peninggalan-peninggalan bersejarah di Aceh yang terbengkalai.

“Seperti makam nisan Putroe Bale yang ada di Pidie yang dirusak oleh sejumlah oknum. Padahal ini peninggalan budaya, harusnya dilestarikan dan dijaga sesuai amanah undang-undang No 11 Tahun 2010,” ujar Tarmizi saat dihubungi Dialeksis.com, Minggu (13/12/2020).

Ia juga menyayangkan persoalan budaya yang sudah terdaftar pada pemerintah di bawah tanggung Jawab Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Kemudian, Tarmizi menginginkan Pemerintah untuk dapat merekonstruksi nilai budaya yang sudah ada dalam pembangunan budaya Aceh secara maksimal.

“Terutama untuk para anggota Dewan seluruh Aceh untuk membahas regulasi-regulasi lanjutan untuk pelestarian nilai cagar budaya,” kata Tarmizi.

Ia melanjutkan, untuk saat ini Aceh belum ada Qanun Cagar Budaya yang mengatur pelestarian budaya secara khusus.

Maka, Ketika terjadi perusakan pada benda-benda yang punya nilai sejarah, tentu tidak ada dasar hukum yang bisa menjerat pelakunya.

“Dari pemerintah sendiri seperti tidak ada sosialisasi dengan masyarakat terhadap pentingnya peninggalan budaya ini sebagai identitas kita,” katanya.

Selain itu, Tarmizi mengatakan, pelestarian-pelestarian budaya yang eksis belakangan ini hanya digerakkan dari inisiatif kelompok komunitas pencinta budaya saja, seperti Masyarakat Pencinta Sejarah Aceh (MAPESA) dan lain-lain.

“Iya, hanya ditangan mereka saja budaya-budaya yang sempat tenggelam bisa eksis kembali,” katanya.

Tarmizi berpesan, agar Pemerintah ikut bersinergi dengan lembaga advokasi pencinta budaya dalam membantu merawat budaya-budaya di Aceh.

“Pemerintah harusnya menjalin kerja sama dengan pelaku budaya ini. Mereka itu terbatas pada anggaran, jadi bantu sisihkan sedikit anggaran pembangunan cagar budaya kepada mereka yang sangat berperan aktif belakangan ini,” katanya.

“Walaupun fokus pemerintah sekarang ini tidak hanya di bagian itu saja, diharapkan pemerintah ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan LSM-LSM Pencinta budaya,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda