DIALEKSIS.COM | Aceh - Kabupaten Nagan Raya dengan luas wilayah 3.544,90 km², tersembunyi kekayaan alam, sejarah, dan semangat kolektif yang menjadikan sebagai salah satu kabupaten paling menjanjikan di Provinsi Aceh.
Genap berusia 23 tahun sejak pemekarannya dari Aceh Barat pada 2002, Kabupaten Nagan Raya kini berdiri gagah sebagai miniatur Aceh masa depan, di mana kekayaan sumber daya alam bertemu dengan visi pembangunan yang kuat dan partisipatif.
Dalam program spesial VVIP Kompas TV, Bupati Nagan Raya Teuku Raja Keumangan membuka semangat potensi dan rencana besar untuk menjadikan Nagan sebagai poros pertumbuhan ekonomi di kawasan barat selatan, atau yang kini dikenal sebagai Barcela (Barat Selatan Aceh).
“Kita ingin mengembalikan semangat marwah Nagan Raya. Bahwa pembangunan bukan hanya urusan pemerintah, tapi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat,” ujarBupati TRK, sapaan akrab Teuku Raja Keumangan yang dilansir media dialeksis.com, Sabtu (2/8/2025).
Tema perayaan ulang tahun tahun ini, “Tapuwa Maruah Nagan Raya”, tak hanya menjadi semboyan seremonial, tetapi juga refleksi mendalam terhadap tanggung jawab bersama dalam pembangunan.
Selama tiga hari tiga malam, perayaan berlangsung meriah. Dimulai dengan jalan sehat, hiburan rakyat, pembukaan oleh Wakil Gubernur Aceh, dan dihadiri tokoh nasional seperti Muhammad Mardiono, Utusan Khusus Presiden bidang Ketahanan Pangan.
Tak sekadar pesta rakyat, acara juga disemarakkan kegiatan sosial seperti operasi katarak gratis bagi 100 warga, pengobatan massal, dan penghargaan kepada tokoh-tokoh daerah dari pemekar hingga mahasiswa berprestasi.
Salah satu komitmen besar pemkab adalah mendorong pertumbuhan UMKM. Salah satu ikon unik Nagan Raya adalah batu giok jenis jet yang disebut hanya ada dua di dunia Burma dan Nagan Raya.
Bahkan, pembangunan Masjid Agung Nagan Raya, yang rencananya dilapisi seluruhnya dengan batu giok, menjadi proyek ambisius yang akan menjadi ikon religi dunia.
“Kita targetkan dalam empat tahun ke depan seluruh permukaan masjid dalam dan luar dilapisi batu giok. Ini akan jadi satu-satunya di dunia. Dari Nagan Raya untuk dunia,” tegas Bupati TRK.
Masjid ini sudah dikerjakan selama 10 tahun dan telah mencapai 30% pembangunan. Temuan cadangan giok baru yang besar memperkuat keyakinan bahwa proyek ini akan tuntas dengan dukungan masyarakat, pemerintah, dan CSR dari perusahaan-perusahaan lokal.
Nagan Raya sejak lama dikenal sebagai lumbung pangan dan sentra kelapa sawit. Sekitar 6.000 hektare sawah irigasi teknis menghasilkan gabah 6-7 ton per hektare, namun pemerintah menargetkan produktivitas bisa meningkat hingga 10 ton dengan modernisasi.
Sementara itu, perkebunan sawit mencapai lebih dari 120.000 hektare, separuhnya dikelola oleh masyarakat. Saat ini, lebih dari 3.000 ton CPO diekspor keluar Nagan setiap harinya, tetapi nyaris tanpa nilai tambah lokal.
“Kita sedang menyiapkan regulasi dan mendekati investor untuk membangun refinery sawit di Nagan. Kalau bisa diolah jadi minyak makan langsung di sini, akan banyak dampaknya bagi ekonomi lokal,” ujar Bupati.
Letaknya yang strategis membuat Nagan Raya cocok menjadi simpul konektivitas dan perdagangan. Bandara Cut Nyak Dhien diharapkan segera diperpanjang runway-nya dari 1.800 meter ke 2.500 meter agar pesawat berbadan lebar seperti Boeing dapat mendarat.
“Baru-baru ini kami juga diundang Bank Dunia di Washington D.C. untuk pembicaraan awal terkait rencana pembangunan pelabuhan laut bertaraf internasional di Nagan Raya,” ungkap Bupati.
Selain potensi ekonomi, Nagan Raya juga menawarkan keindahan alam dan kekayaan budaya. Mulai dari Danau Laut Tadu seluas 80 hektare, pantai dan gunung yang menyaingi Bali, hingga air terjun dan sungai-sungai eksotis seperti Krueng Isep di Beutong.
“Kita punya laut, gunung, danau, dan sungai. Nagan ini lengkap. Ditambah dengan kuliner khas seperti gulai jeruk dari durian fermentasi dan kuih karah yang sulit ditiru,” tambahnya.
Semua ini menjadikan Nagan Raya bukan sekadar tempat transit, tapi tujuan wisata yang siap dikembangkan menjadi destinasi unggulan di Aceh dan Sumatera.
Dalam perjalanannya ke kantor bupati, tim Kompas TV diajak melihat langsung bagaimana kompleks perkantoran pemerintahan dibangun dari nol pasca pemekaran. Kantor bupati dan ruang kerja sudah direnovasi secara fungsional dan nyaman. Tahun 2026 ditargetkan seluruh perkantoran direvitalisasi dengan konsep modern dan efisien.
Dengan semangat kolektif, kekayaan alam yang tak habis digali, dan visi pemimpin yang inklusif, Nagan Raya tampaknya bukan hanya siap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Barsela, tetapi juga ikon baru pembangunan daerah di Indonesia.
“Insya Allah, dengan kerja keras semua elemen, kita tidak sekadar bermimpi, tapi menjadikan Nagan Raya sebagai daerah unggulan di Indonesia,” tutup Teuku Raja Keumangan. [nh]