kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Delapan Upaya Mitigasi Sektor Pertanian di Aceh Besar Hadapi Kekeringan Ekstrem

Delapan Upaya Mitigasi Sektor Pertanian di Aceh Besar Hadapi Kekeringan Ekstrem

Jum`at, 25 Agustus 2023 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Koordinator BPP dan Penyuluh Pertanian Aceh Besar foto bersama usai mengikuti FGD Adaptasi Dan Mitigasi Petani Hadapi Cuaca Ekstrim, di Banda Aceh. [Foto: Prokopim Aceh Besar]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Dalam rangka menghadapi perubahan iklim global, Koordinator Balai Penyuluh Pertanian dan Penyuluh Pertanian Aceh Besar telah diberikan peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi petani dalam menghadapi kekeringan ekstrim (El-Nino).

"Kita kemarin telah diberikan pemahaman terkait adaptasi dan mitigasi petani dalam menghadapi kekeringan seperti yang dirasakan saat ini, khususnya bagi pemilik lahan pertanian yang terdampak El Nino," kata Khaidir, Koordinator BPP Kecamatan Simpang Tiga di Lambunot, Simpang Tiga, Jum'at (25/8/2023).

Peserta yang mengikuti FGD dan peningkatan kapasitas oleh Balai Penetapan Standarisasi Instrumen Pertanian Provinsi Aceh merupakan para Koordinator BPP dan Penyuluh Pertanian yang wilayah kerjanya terdampak cuaca ekstrim, antara lain Kecamatan Simpang Tiga, Kuta Baro dan Kecamatan Darussalam.

"Koordinator BPP Simpang Tiga, Kuta Baro dan Kecamatan Darussalam, serta salah seorang Penyuluh aktif mengikuti kegiatan yang digelar sehari," ungkap Khaidir.

Hasil FGD tersebut, ada delapan upaya mitigasi sektor pertanian yang dapat ditempuh, antara lain perbaikan dan pemeliharaan jaringan irigasi, optimalisasi lahan, penerapan teknologi budidaya, pemanfaatan pupuk organik, pengembangan area perkebunan, pemanfaatan kotoran hewan dan limbah untuk biogas, pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan, dan pengembangan pengelolaan lahan gambut tersebut.

"Untuk memaksimalkan upaya tersebut harus melibatkan berbagai sektor pendukung, terutama pihak kehutanan dalam rangka pemgelolaan hutan sebagai bagian dari penyedia air, dan hutan saat ini telah dirusak oleh tangan manusia," imbuh Khaidir.

Ia juga menyampaikan terkait kondisi embung di Kecamatan Simpang Tiga yang telah terganggu aktifitasnya oleh kegiatan manusia yang tidak menjaga kelangsungan ekosistem sekitar, seperti pembukaan lahan berdekatan dengan embung dan pengambilan tanah timbun.

"Kita berharap perhatian semua pihak untuk ikut memiliki rasa yang sama terhadap permasalahan pertanian, karena pada akhirnya kita semua juga yang akan merasakan hasilnya," pungkasnya. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda