Dewa: Aceh harus bisa memanfaatkan Modaliti Terbesar di Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Pemerhati Lingkungan, Dewa Gumay [Dok. Twitter.com]
DIALEKSIS.COM | Aceh - Nilai Ekonomi Aceh Total Economic Valuation (TAV) berdasarkan study Project SICCR-TAC GIZ yag didanai oleh Uni Eropa tahun 2016, totalnya Rp.412,3 T jika dilestarikan.
Nilai ekonomi tersebut dihasilkan 12 Jasa Lingkungan sebagaimana diilustrasikan dibawah. Nilai valuasi tersebut setara dengan 24 tahun APBA Provinsi Aceh, dengan asumsi nilai APBA Rp 17 T per tahun dengan catatan bahwa selama Hutan Aceh Lestari, maka nilai ekonomi-nya akan bernilai tetap dan meningkat. Pemerhati Lingkungan, Dewa Gumay mengatakan kepada Dialeksis.com, Kamis(27/05/2021).
Illustrasi : Total Economic Valuation Study, 2016 SICCR-TAC Project, Funded by EU
Dia mengatakan, pemerintah Aceh tidak berpedoman pada modality yang dipunyai oleh Aceh, karena Aceh sendiri modality terbesarnya adalah hutan.
“Seharusnya Aceh, Platform pembangunan terbesar sesuai dengan modality terbesar di Aceh yaitu kawasan hutan, ” ujarnya
Ia mengatakan, TAV bukan menkonversi tapi memanfaatkan jasa-jasa lingkungan dari hutan yang ada, misalnya memanfaatkan jasa Ecotourism jasa-jasa lingkungan yang ada, suplai air yang ada. Jadi Aceh harus menyelesaikan peta-peta potensi yang ada.
“Aceh harus bisa menyelesaikan peta potensi, jadi dengan adanya itu kita bisa memanfaatkan potensi yang ada, misalnya soal energi, jadi jangan hanya membuat PLTU, tapi buat juga PLTA,” ujarnya lagi.
Dewa juga menambahkan, “harusnya Aceh jangan melihat sektor pertambangannya, tapi lihat juga sektor lainnya. Sehingga potensi modality terbesar di Aceh juga bisa dimanfaatkan dengan baik dan mendobrak ekonomi Aceh juga, ” tutupnya kepada dialeksis.