kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Diserang Ulat, Puluhan Ha Lahan Bawang Merah di Pidie Terancam Panen

Diserang Ulat, Puluhan Ha Lahan Bawang Merah di Pidie Terancam Panen

Senin, 02 Oktober 2023 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Musim kemarau berakibat terhadap pertanian dan perekonomian daerah. Apalagi perubahan cuaca yang tidak bersahabat itu bisa menjadi pemicu berbagai penyakit dan hama terhadap dunia pertanian.

Di Kabupaten Pidie puluhan hektare (ha) lahan bawang merah berumur sekitar satu bulan diserang ulat penggerek daun. Hama ulat berwarna hijau daun itu menggasak bagian pucuk bawang hingga turun sampai umbi.

Kawasan yang terserang ulat kecil berparuh keras itu tersebar di Kecamatan Peukan Baro, Simpang Tiga, Pidie, Indrajaya dan Kecamatan Kembang Tanjung. Di Kecamatan Pekan Baro, lokasi paling parah serangan adalah di Kemukiman Bambi.

Jamil, seorang petani bawang di Kecamatan Peukan Baro kepada Media Indonesia, Minggu, 1 Oktober 2023 mengatakan, populasi ulat sebesar lidi kelapa itu tergolong sangat cepat. Dalam sepekan saja bisa menyebar belasan hektare.

Bila tidak segera diatasi semua daun bawang bisa lenyap terkena serangan. Kalau daunya habis akan terganggu pertumbuhan umbi sehingga berakibat puso (gagal panen).

Dikatakan Jamil, untuk mencegah serangan tidak meluas petani harus rajin mengontrol dan mengutip hama ulat dari daun bawang. Lalu lebih sering menyemprot racun.

"Saya sering mengutip ulat penggerek hijau itu dari pucuk daun. Lalu sempat meyemprot setiap pagi dan sore hari. Itulah yang rajin saya lakukan hingga serangan tidak begitu parah," tutur Jamil.

Syaokoh masyarakat Kemukiman Bambi, Kecamatan Peukan Baro, menuturkan. 

Tanaman bawang merah di Kasan itu merupakan tahap kedua sejak empat bulan terakhir. Untuk tahap pertama yang panen bulan lalu, sebagian besar merugi.

Itu karena pertumbuhan bawang terganggu akibat kekeringan dan cuaca panas ditengah fenomena alam El Nino. Kondisi demikian telah berpengaruh terhadap hasil panen.

Produksi bawang yang biasanya mencapai 12 banding 1, ternyata hanya mendapat berkisar 4 sampai 6 banding satu.

"Sering hasil produksi panen mencapai 12 kg dari 1 kg benih bawa. Tapi sebulan lalu hanya 4 sampai 6 kg dari 1 kg benih unggul," kata Syarif, tokoh masyarakat Kemukiman Bambi, Kecamatan Peukan Baro.

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda