Diskominsa Aceh Bahas Media Sosial Berbasis Komunikasi Sehat
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Seperti diketahui bahwa tsunami informasi sedang melanda masyarakat Indonesia. Perkembangan teknologi informasi beberapa waktu terakhir ini telah membuat arus informasi mengalir begitu deras.
Masyarakat butuh informasi yang tidak hanya tepat dan akurat tapi harus cepat dan mudah dimengerti. Pada zaman milenial sekarang ini semua serba mudah dengan adanya teknologi informasi, semua peristiwa yang ada di tempat jauh bisa diketahui dengan cepat, kerabat yang berjarak sangat jauh bisa dengan mudah menjalin komunikasi. Semua etnis, budaya yang berbeda dipersatukan dengan teknologi dan itu adalah dampak positif dari teknologi. Namun yang perlu diingat adalah selain dampak positif dari perkembangan teknologi ada juga dampak negatifnya.
Teknologi informasi jika disalahgunakan dapat menghancurkan masa depan seseorang bahkan masa depan bangsa. Salah satu manfaat teknologi yang sering disalahgunakan adalah media sosial (Medsos).
Media sosial sendiri akhir-akhir ini telah dipergunakan untuk hal-hal yang negatif, seperti penyebaran hoaks, ujaran kebencian, teror, dan banyak informasi yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Banyak akun-akun medsos yang dapat dibuka oleh siapa saja tanpa mengenal batas usia dan banyak juga yang menggunakan media sosial untuk saling menyerang.
Penggunaan bahasa dan kalimat yang digunakan dalam berkomunikasi di media sosial baik itu penyebutan status maupun membuat suatu komentar sudah sangat jauh dari nilai-nilai kepatutan, sopan santun, adat ketimuran termasuk jauh dari norma-norma agama. Bahkan tata cara berkomunikasi sudah tidak memandang perbedaan usia baik itu teman sebaya, usia yang lebih muda maupun lebih tua.
Sementara kondisi saat ini kehidupan dan interaksi generasi muda millennial kita juga tak lepas dari kontaminasi bahasa. Penggunaan istilah-istilah yang entah dari mana asalnya semakin menghilangkan jati diri bangsa kita. Bahasa gaul memang sudah dikenal sejak lama.
Istilah bokap nyokap untuk menggantikan bapak ibu. Bro dan sis menggantikan panggilan kakak, kemudian istilah dungu dan bodoh juga menjadi bahasa yang biasa dalam berkomunikasi diantara mereka. Belum lagi kata-kata dan kalimat tidak pantas serta meme-meme lainnya dalam group media sosial yang dibuat tanpa bisa diawasi dan diketahui oleh orangtua. Ditambah lagi kondisi yang biasa dan bukan suatu hal yang aneh anak kecil setingkat pendidikan dasar sudah diberikan gadget oleh orangtuanya.
Menanggapi hal tersebut Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh Marwan Nusuf mengatakan jaring internet Pemerintah Aceh sekarang sudah mengatasinya dimana seperti situs-situs negatif dan game online sudah diblok.
"Tapi diluar dari jaringan Pemerintah Aceh bukan wewenang kita, kita sudah menyampaikan ke pihak Kementerian Kominfo apa yang terjadi di Aceh, bahkan mereka sudah lebih duluan mengetahuinya", sebutnya saat pada saat melaksanakan kegiatan Forum Group Discussion (FGD) Media Sosial Berbasis Komunikasi Sehat bekerjasama dengan Aceh TV di Kyriad Hotel, Rabu (23/10/2019).
Menurut Marwan, internet itu bermacam-macam tergantung dari kita untuk memakai, "Yang bermanfaat atau sebaliknya, jadi sebatas wewenang kontrol kita itu sudah diatasi, untuk hal yang negatif sudah kita blok", katanya.
Di luar itu banyak cara untuk membukanya tambah Marwan, bisa saja mereka membuat konten atau gambar dengan cara mengibuli, misalnya gambar berupa hal yang positif namum waktu dibuka keluarnya negatif. Untuk mengatasi hal-hal demikian dan supaya tidak terjerumus kepada konten-konten yang tidak diinginkan.
"Kita harus waspada dengan judul yang provokatif, periksa faktanya dilapangan, teliti keaslian fotonya, telusuri alamat situsnya dan bergabung dengan group anti hoak", sarannya. (dka/rel)