kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Dr. Safrizal Sebut Cacar Monyet Juga Cukup Mematikan

Dr. Safrizal Sebut Cacar Monyet Juga Cukup Mematikan

Selasa, 30 Agustus 2022 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizky

[Foto: Istimewa]

DIALEKSIS. COM | Banda Aceh - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, dr. Safrizal Rahman mengatakan, cacar monyet (Monkeypox) juga cukup mematikan.

Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan mengumumkan bahwa pasien pertama cacar monyet di Indonesia kini sudah sembuh. Hasil tes PCR terakhir telah menunjukkan hasil negatif. Pasien pertama cacar monyet di Indonesia tersebut merupakan warga DKI Jakarta. Pria berusia 27 tahun itu diketahui baru saja melakukan perjalanan ke luar negeri.

Dengan sembuhnya pasien tersebut, saat ini Indonesia sudah tidak memiliki lagi kasus aktif cacar monyet. Sebelumnya, sempat ada 38 pasien yang merupakan suspek cacar monyet. Namun kasus tersebut telah dinyatakan discarded atau dikesampingkan dari kemungkinan infeksi cacar monyet.

Dr. Safrizal menyampaikan, cacar monyet menyebar dari binatang, kemudian berpindah ke manusia, dan dari manusia akan tertular ke manusia lagi. Cacar monyet ini dulunya di Afrika, namun akhirnya berkembang ke beberapa negara, sekarang kasusnya juga mulai ada di Indonesia. 

Tentunya, jika sudah ada di Indonesia dan berpindah dari manusia ke manusia, maka masyarakat Indonesia harus waspada. 

"Karena cacar monyet ternyata juga cukup mematikan, konon katanya dalam Statistik menyatakan bahwa satu dari sepuluh orang itu akan mengalami kematian," ucapnya saat diwawancarai Dialeksis.com, Senin (29/8/2022).

Bentuknya semacam cacar biasa namun gelembung yang muncul pada kulit isinya nanah. Ciri khas adalah badan pegal, demam tinggi, dan nafsu berkurang, untuk orang-orang yang memiliki gejala tersebut harus berhati-hati. 

Ia juga menyampaikan, penularannya itu bisa dari cairan nanah dari gelembung tersebut, untuk penyebaran seperti ini kebersihan adalah yang utama yakni cuci tangan dan pakek masker sangat penting.

"Bagi yang terserang dikuatkan saja imunitasnya, walaupun dua minggu bahkan sebulan masih mengendap pada kulit tubuh," ujarnya.

Untuk vaksin sedang diupayakan agar didapatkan sehingga tersedia secara luas di Indonesia. "Mudah-mudahan kita bisa menyetok penyebarannya sehingga kita tidak perlu divaksin lagi," pungkasnya. [Au]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda