DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pegiat muda dari Aceh Barat Daya (Abdya), Angga Putra Ariyanto mengatakan selama dua hari terakhir, sejumlah kabupaten di Aceh mengalami pemadaman listrik berkepanjangan. Kondisi ini membuat masyarakat resah, aktivitas ekonomi terganggu, hingga warga membandingkan situasi Aceh seolah kembali ke zaman kegelapan.
Ia menilai kondisi listrik di Aceh sudah sangat mengkhawatirkan. Ia menegaskan pemadaman listrik berhari-hari tanpa kepastian adalah bentuk ketidakprofesionalan PLN.
“Selama dua hari Aceh gelap seperti hidup dalam goa. Ini sangat brutal, masyarakat sangat dirugikan. Semua sendi kehidupan lumpuh total. Mulai dari rumah tangga, internet, hingga pelaku usaha ikut terhenti karena listrik padam,” kata Angga kepada media dialeksis.com, Rabu (1/10/2025).
Menurut Angga, keresahan masyarakat terlihat nyata. Di media sosial, keluhan dan kritik terhadap PLN membanjiri berbagai platform.
“Masalah listrik di Aceh sudah bertahun-tahun, kenapa tidak selesai? Apakah pemimpin kita tidak peduli?” ujarnya.
Mayoritas masyarakat Aceh, sambung Angga, sangat bergantung pada pasokan listrik untuk mencari nafkah. Dari usaha rumahan, warung kopi, percetakan, hingga sektor perikanan dan pertanian modern yang mengandalkan mesin, semuanya terganggu.
“Krisis listrik membuat roda ekonomi lokal tersendat. Setiap hari kita rugi harta, tenaga, dan perasaan, tanpa ada ganti rugi yang jelas. Sampai kapan masyarakat Aceh harus menjadi korban interkoneksi listrik seperti ini?” tegasnya.
Atas situasi ini, Angga mendesak Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), untuk turun tangan langsung. Ia meminta agar Mualem segera bersurat kepada Direktur Utama PLN dan mendesak pencopotan General Manager (GM) PLN Aceh, Mundakhir.
“Pimpinan PLN wilayah Aceh terbukti tidak mampu mengatasi persoalan kelistrikan yang sangat berdampak pada masyarakat. Karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak, kami minta Gubernur Aceh copot GM PLN Aceh. Sampai hari ini pun tidak ada kepastian kapan listrik normal kembali. Masyarakat jangan terus dizalimi seperti ini,” tegas Angga.
Lebih jauh, Angga juga mempertanyakan penyebab utama krisis listrik di Aceh. Ia menduga ada persoalan struktural yang belum diselesaikan secara serius.
“Apa ini ada kaitannya dengan kasus PLTU Nagan Raya dan kisruh soal plat BL yang sempat heboh? Atau karena interkoneksi dengan Sumut yang tiba-tiba menghentikan pasokan listrik untuk Aceh? Ada apa sebenarnya dengan Aceh?” tanyanya.
Menurutnya, DPR Aceh dan anggota DPR RI asal Aceh juga harus segera turun tangan. “Kami harap Pak Mualem selaku Gubernur Aceh dan juga perwakilan rakyat Aceh, baik di DPRA maupun di Senayan, cepat menyelesaikan masalah ini dengan menemui Menteri ESDM dan Dirut PLN. Jangan sampai Aceh terus dipermainkan,” pungkas Angga.
Pemadaman listrik selama dua hari ini membuat banyak sektor di Aceh berhenti beroperasi. Pelaku UMKM, perkantoran, hingga layanan publik ikut terhenti. Warga pun merasa seolah kembali ke zaman tanpa listrik.
“Listrik ini bukan lagi soal terang dan gelap, tapi soal ekonomi rakyat kecil. Kalau PLN tidak bisa profesional, lebih baik pimpinannya diganti saja. Aceh butuh solusi, bukan alasan,” tutupnya.