Beranda / Berita / Aceh / Eksistensi Partai Politik Lokal Masih Minim di Pilkada Aceh 2024

Eksistensi Partai Politik Lokal Masih Minim di Pilkada Aceh 2024

Sabtu, 16 November 2024 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Dicky Aulia

Mahasiswa Ilmu Politik UIN Ar-Raniry menyelenggarakan kegiatan Stadium General bertema “Eksistensi Partai Politik Lokal di Pilkada Aceh 2024” yang mengundang dua narasumber, yaitu Sayed Nazar Al-Habsyi dan Fajran Zain. [Foto: for dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Mahasiswa Ilmu Politik UIN Ar-Raniry menyelenggarakan kegiatan Stadium General bertema “Eksistensi Partai Politik Lokal di Pilkada Aceh 2024” pada Jumat (8/11/2024) lalu dengan dua narasumberr, yaitu Sayed Nazar Al-Habsyi dan Fajran Zain.

Tujuan kegiatan ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang peran partai lokal di Pilkada, dan menjaga stabilitas persaingan dalam konteks Pilkada Aceh.

Sayed Nazar Al Habsyi sebagai perwakilan dari Partai Adil Sejahtera (PAS) menyinggung mengenai proses pembentukan partai politik lokal di Aceh.

“Pembentukan partai lokal ini merupakan salah satu hasil dari MoU atau Nota Kesepahaman Helsinki,” ujarnya. 

Ia juga membahas mengenai faktor yang akan jadi penghambat peningkatan elektabilitas PAS Aceh. Bahkan mengancam eksistensi PAS Aceh.

"Hal yang meengancam eksistensi PAS Aceh, antara lain opini para kader dayah yang masih menganggap politik itu kotor, ketidakkompakan para pemimpin dayah dalam menyambut partai berbasis ulama," sebut Sayed.

Sayed turut mengungkapkan fokus kerja partainya ke depan yaitu membangun kader kader dari alumni dayah se-Aceh dan juga fokus pada pendidikan terhadap Gen Z dan mahasiswa alumni dayah.

Sementara Fajran Zain sebagai perwakilan dari Partai Aceh (PA) mengatakan eksistensi parlok masih sangat minim terutama dalam konteks Pilkada.

"Partai Aceh sendiri ingin mendorong agar partai politik lokal menjadi wadah bagi masyarakat Aceh untuk melahirkan kebijakan yang mengakomodir kekhususan Aceh dan bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat Aceh”, ujarnya. 

Ia sempat menyinggung mengenai parlok yang mengikuti Pileg 2009. “Ada 20 parlok yang deklarasi, tapi hanya 12 parlok yang daftar ke KIP, hingga pada akhirnya hanya 6 partai yang mengikuti Pemilu,” ujarnya. 

Jika melihat kondisi sekarang, banyak masyarakat yang masih awam terhadap pentingnya keberadaan partai politik lokal di Aceh. 

"Mereka menganggap bahwa partai lokal di Aceh tidak mempunyai efek apa apa terhadap kemajuan daerah," sebutnya.

Fajran juga menyarankan kepada para mahasiswa untuk ikut serta dalam mengedukasi masyarakat mengenai partai lokal Aceh yang merupakan simbol dari kekhususan sebagai warga Aceh. [da]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda