kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Gampong Matang Seulimeng Raih Juara 1 Lomba Praktik Baik De'Best Provinsi Aceh

Gampong Matang Seulimeng Raih Juara 1 Lomba Praktik Baik De'Best Provinsi Aceh

Kamis, 07 Maret 2024 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Gampong Matang Seulimeng Kecamatan Langsa Barat berhasil meraih juara 1 lomba praktik baik De'Best di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) tahun 2024 tingkat provinsi Aceh yang diselenggarakan oleh BKKBN Aceh. [Foto: Prokopim Langsa]


DIALEKSIS.COM | Langsa - Gampong Matang Seulimeng Kecamatan Langsa Barat berhasil meraih juara 1 lomba praktik baik De'Best di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) tahun 2024 tingkat provinsi Aceh yang diselenggarakan oleh BKKBN Aceh.

Pj Walikota Langsa, Syaridin menjelaskan setelah selesainya penilaian usulan desa/kelurahan De’Best di 1000 HPK Tahun 2024 dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif melalui percepatan penurunan stunting, pengasuhan positif di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi sangat penting.

Maka, lanjutnya, perwakilan BKKBN Provinsi Aceh menetapkan Desa Matang Seulimeng Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa sebagai Juara 1 (satu) lomba Praktik Baik De’Best di 1000 HPK tahun 2024 Tingkat Provinsi Aceh.

"Alhamdulillah, patut kita syukuri Gampong Matang Seulimeng kecamatan Langsa Barat ditetapkan sebagai juara 1 di ajang praktik baik De’Best di 1000 HPK tahun 2024 Tingkat Provinsi Aceh," sebut Syaridin, Rabu (6/3/2024).

Dia menjelaskan program tersebut dapat diikuti oleh para geuchik lainnya. Pasalnya, mereka memiliki peran strategis dalam memastikan lingkungan yang kondusif untuk pemenuhan intervensi spesifik dan sensitif.

"Saya mengajak Gampong lain di kota Langsa untuk berpartisipasi dalam program BKKBN ini sebagai upaya pencegahan stunting dan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik," ujarnya.

Kepala DP3ADALDUK dan KB Kota Langsa, Amrawati mengucapkan terimakasih kepada masyarakat dan Gampong yang telah mendukung program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional cq. Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak.

Ada sejumlah indikator yang menjadi acuan yaitu Indikator Input (Bobot 15%) diantaranya Ketersediaan data keluarga berisiko stunting, Keputusan Kepala Desa/Lurah untuk program penyelamatan 1000 HPK, Dukungan anggaran desa/kelurahan untuk program penyelamatan 1000 HPK.

Selanjutnya, Indikator Proses (Bobot 30%) Persentase ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah selama kehamilan, Persentase balita yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya, Persentase baduta 0-23 bulan yang dipantau perkembangannya sesuai standar,

"Dan terakhir Indikator Output (Bobot 55%) Prevalensi stunting," jelas Amrawati. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda