kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / GMNI Aceh Tengah Tolak People Power 22 Mei

GMNI Aceh Tengah Tolak People Power 22 Mei

Jum`at, 17 Mei 2019 10:35 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Takengon- Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menolak rencana aksi massa atau people power pada 22 Mei 2019.

Aksi massa yang digagas sejumlah elite politik itu dinilai berlebihan, karena people power dalam negara demokrasi adalah pemilihan umum (pemilu). Demikian Mulyadi, ketua GMNI Aceh Tengah menyampaikan sikapnya, sehubungan dengan people power.

Menurut Mulyadi, kepada Dialeksis.com, Jumat (17/5/2019), aksi tersebut tidak elok lagi di era reformasi ini ada istilah people power. "People power lebih didesain asing. Contoh penggulingan Sukarno yang dibekingi Amerika, termasuk Suharto," katanya.

Menurutnya prasyarat terjadinya aksi massa saat era Sukarno dan Suharto sangat terpenuhi. Salah satu contoh jabatan presiden yang tak dibatasi. "Kalau sekarang (era reformasi) kan cuma dua periode atau 10 tahun. Kalah Pemilu 2019, ya nyalon nanti di 2024. Jangan korbankan rakyat," ujarnya.

Untuk itu, GMNI Aceh Tengah mengecam segala aksi massa yang bisa dimungkinkan pada kekacauan bangsa, karena people power di negara demokrasi adalah pemilu. Rencana aksi massa nanti bisa menjurus ke pemberontakan (Makar) terhadap pemerintahan yang sah.

"Sebagai generasi bangsa yang lahir di era reformasi tidak akan menerima bangsa ini tumpah darah hanya gara-gara urusan pilpres. Amanat reformasi saja masih ada yang belum tuntas. Ini malahan mau berbuat di luar konstitusi," sebut Mulyadi.

Mulyadi menyatakan dalam demokrasi modern, kekuasaan rakyat dijalankan oleh wakil yang dipilih oleh rakyat melalui pemilu. Sehingga sebenarnya people power atau kekuatan rakyat dalam demokrasi adalah menggunakan hak suaranya dalam pemilu untuk memilih wakilnya seperti memilih Presiden.

"Kalau ada dugaan kecurangan, kalau tidak diterima, tinggal ajukan laporan pelanggaran pemilu ke Makamah Konstitusional. Kami dukung kekuatan rakyat hasil pemilu karena suara itu sejatinya kekuatan rakyat," jelas Mulyadi.

Mahasiswa saat ini sudah cerdas sehingga tak akan tergiur dengan istilah people power yang berujung pada kekacauan negara.Gerakan mahasiswa saat ini sudah terang, mana gerakan rakyat murni dan mana yang ditunggangi. Kami menolak people power," katanya. (Baga)


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda