kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Guru Besar UIN Ar-Raniry Prihatin Banyak Warga Aceh Terlibat Bisnis Obat Terlarang

Guru Besar UIN Ar-Raniry Prihatin Banyak Warga Aceh Terlibat Bisnis Obat Terlarang

Minggu, 24 September 2023 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Guru Besar UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Drs Syamsul Rijal, M.Ag. Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Aceh - Guru Besar UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Drs Syamsul Rijal, M.Ag mengatakan, sikap merantau meninggalkan kampung halaman untuk mengadu "nasib" di negeri orang adalah bagian kultural keAcehan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sosio-kulturalnya. 

“Secara historis perantauan itu baik untuk hal kebaikan, seperti menuntut ilmu sehingga melahirkan ulama dan intelektual yang tersohor dimasanya. Contoh Abuya Mudawali al-Khalidy, dan yang berdagang misal Teuku Markam dan lain sebagainya,” ujar Prof Syamsul kepada Dialeksis.com, Minggu (24/9/2023). 

Menurutnya, generasi perantau adalah tuntutan sosio-kultural-modern dalam membangun atmosfir kehidupan yang lebih baik. 

Namun, dalam beberapa kurun waktu terkini bahwa ada generasi muda Aceh di perantauan tersedot dengan aktifitas tidak terpuji, seperti mafia perdagangan obat terlarang itu menurutnya adalah suatu kondisi yang cukup sangat memprihatikan. 

Untuk itu, kata Prof Syamsul, diperlukan atensi serius dalam pembinaan generasi muda Aceh. 

“Perwakilan Pemerintah Aceh di luar Aceh tidak salah juga memiliki data base warganya di perantauan agar termonitor aktifitasnya. Selain itu memberikan advokasi signifikan bagi peningkatan kapasitas mereka sesuai bidangnya saat kembali ke Aceh,” jelasnya. 

Prof Syamsul menjelaskan, perkumpulan masyarakat Aceh di perantauan juga menjadi kaum "anshar" bersinerji dengan perantau "muhajirin” sehingga ada ikatan kultural-keislaman yang signifikan dan dengan mudah terdeteksi untuk peningkatan kompetensi perantau itu sendiri.

Tak sampai disitu, sambungnya, keluarga atau tokoh masyarakat asal perantau juga harus aktif dan komunikatif sehingga terjalin ikatan humanitas-kultural keAcehan. 

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda