HAkA: Laju Penebangan Hutan di Aceh Relatif Menurun
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS, Banda Aceh - Awal tahun ini, laju deforestasi (penebangan hutan) di Provinsi Aceh relatif menurun di tahun 2017, yang sebelumnya di kisaran 21.000 ha per tahun menjadi hanya 17.333 ha.
Hal tersebut disampaikan GIS Manajer Yayasan HakA, Agung Dwinurcahya saat mengadakan pelatihan Global Forest Watch (GFW) dan aplikasi Forest Watcher untuk sektor pemerintah bidang kehutanan bersama WRI (World Resource Institute) Indonesia di Hotel Harmoni Langsa pada tanggal 23-25 Januari 2018.
"Saat ini teknologi pemantauan hutan semakin canggih. Kehilangan tutupan pohon kini dapat diketahui dalam waktu yang lebih cepat. Semua orang kini dapat memantau hutan lebih mudah dengan mengakses data peringatan kehilangan tutupan hutan secara cepat dan di mana saja," ujar GIS Manager Yayasan HAkA, Agung Dwinurcahya dalam siaran pers yang diterima Dialeksis, Kamis (25/1).
GFW dan Forest Watcher sendiri merupakan suatu aplikasi berbasis web dan smartphone yang memungkinkan pengguna untuk mengetahui hilangnya tutupan pohon dengan cepat sehingga bisa mengurangi angka deforestasi di Aceh.
Fungsi dari aplikasi ini adalah untuk membantu navigasi patroli hutan yang dapat digunakan tanpa membutuhkan sambungan internet (offline).
Ummi Purnamasari dari WRI Indonesia menjelaskan bahwa GFW mempunyai sebuah data bernama peringatan GLAD yang memungkinkan estimasi kehilangan pohon pada kawasan hutan.
"GLAD dengan kepanjangan Global Land Analysis and Discovery merupakan sebuah sensor berbasis satelit Landsat 7 dan Landsat 8 yang dapat mendeteksi kehilangan pohon setiap 8 hari sekali," ujarnya.
Ummi menambahkan, akurasi dari sensor ini mencapai 30 x 30 meter. Dengan sistem Near Real Time (NRT), peringatan GLAD dapat mencapai ke pengguna seketika, hampir bersamaan dengan kehilangan tutupan pohon yang terdeteksi. (rel)