kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Harga Bahan Baku di Pasar Melambung Naik, Disebabkan Karena Harga Sawit Naik

Harga Bahan Baku di Pasar Melambung Naik, Disebabkan Karena Harga Sawit Naik

Sabtu, 20 November 2021 13:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Harga bahan baku di pasar di seluruh Indonesia naik, disebabkan harga dan permintaan sawit yang melambung tinggi. [Foto: Ist]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Harga bahan baku di pasar saat ini tengah berada di harga yang naik atau tinggi dari harga jual standarnya di pasar-pasar di Aceh. Hal ini merugikan banyak pihak UMKM di Aceh, salah satunya pengusaha tahu tempe di kawasan Banda Aceh.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh, Ir Tanwier mengatakan, saat ini harga kedelai itu masih naik. “Semua harga bahan baku di pasar itu naik semua, Kedelai naik, minyak goreng naik, dan telur naik,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Sabtu (20/11/2021).

Dirinya mengatakan, saat ini rata-rata bahan baku memang banyak di ambil dari Medan. “Ini dipicu karena naiknya harga harga sawit,” sebutnya.

Kalau masalah kedelai, kata Ir Tanwier, saat ini pandemi ini kondisi kita masih belum normal, dan rata-rata kedelai itu masih impor.

“Sebenarnya kita juga sudah rapat dengan Bapak Menteri, cuma memang kondisinya memang sedang rawan seperti ini, belum ada solusi untuk saat ini, baru juga kemarin ada penugasan dari Bapak Menteri terhadap penugasan Apindo, dan hanya tersedia 11 Juta Liter minyak saja,” ujar Ir Tanwier.

Dirinya mengatakan, saat ini tengah mengejar untuk ketersediaan minyak terhadap Aceh. “Dan itu juga kita belum tahun Aceh dapat kapasitas berapa liter,” ujarnya.

Intinya, kata Ir Tanwier, pihak pemerintah Aceh sudah melakukan koordinasi dengan pusat. “Karena ini tidak hanya di Aceh, bahkan terjadi di seluruh Indonesia, dan belahan dunia lainnya,” tambahnya.

Karena hal ini juga, Kata Ir Tanwier, disebabkan permintaan Impor sawit yang tinggi. Saat ini harga sawit sudah mencapai 1.200 Dolar per Ton. Bahkan perkiraanya bisa diatas itu.

“Karena memang kondisinya seperti itu, dan yang kita juga bingung bahkan harga pupuk juga ikut naik untuk Non-Subsidi, intinya disini kita tetap konsen menyetabilkan harga pasar,” jelasnya.

Disatu sisi, Ir Tanwier menjelaskan, bahwa ini menguntungkan Devisa. “Dalam hal ini, kalau saya kita hanya perlu menunggu saja intruksi dari Kementerian, karena kita sendiri di daerah sendiri tidak tahu lagi harus buat seperti apa, dan ini terjadi diseluruh Indonesia,” tukasnya.

Untuk saat ini, Kata Ir Tanwier, baru ada solusi itu hanya untuk minyak konsumsi saja yaitu 11 juta liter dan itu juga belum diketahui plot untuk Aceh itu berapa liter yang didapat. “Dan saya yakin juga itu juga tidak cukup dengan kebutuhan konsumsi masyarakat,” pungkasnya. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda