Harga Ikan Mahal, Produksi Ikan Keumamah Lampulo Menurun
Font: Ukuran: - +
Reporter : NH
Masyarakat Sedang Menjemur Ikan Keumamah di UD Riski, Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh, Senin ( 23/5/2022). Semenjak ikan mahal, produktivitas Ikan keumamah menurun. [Foto: Dialeksis/NH]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Harga ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lampulo, Banda Aceh dalam beberapa hari ini melambung tinggi, akibatnya produksi Ikan Keumamah masyarakat di Lampulo pun menurun.
Berdasarkan pantauan Dialeksis.com, Senin (23/5/2022), di Desa Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh. Terlihat ada ibu-ibu sedang menjemur ikan di lokasi tersebut.
Dahliani (42), pemilik UD Riski mengatakan semenjak pasca lebaran, harga di TPI Lampulo merangkak naik. Akibatnya dia pun harus mengurangi produktivitas UMKM Ikan Keumamah miliknya.
"Sekarang kan ikan lagi mahal, ya harus kita kurangi produktivitasnya. Yang dulu ketika normal dalam sehari bisa 30 keranjang kalau sekarang 10 keranjang pun itu sudah lumayan" ujar Dahliani kepada Dialeksis.com.
Dahliani menambahkan, saat harga ikan masih normal, dirinya sering memperkerjakan warga sekitar untuk berkerja di UMKM miliknya. Semenjak ikan mahal, dia sendiri yang mengurus proses ikan keumamah tersebut.
"Dulu ketika ikan normal. Banyak yang bekerja disini. Saya minta juga sama tetangga sebelah. Semenjak ikan mahal dan produktivitas menurun. Saya yang urus sendiri prosesnya," tambahnya.
Sementara itu, Keusyik Lampulo, Alta Zaini mengatakan dampak Ikan menjadi mahal membuat UMKM di wilayah kerjanya kesulitan. Produktivitas UMKM Masyarakat masih tergantung pada harga ikan.
"Kita semua kesulitan disaat ikan sedang mahal karena seperti umkm ikan keumamah ini. Mereka setiap hari beli. Kadang2 juga tergantung terhadap produksi mereka itu. Kalau memang banyak orderan ya mereka banyak produksi. Seperti ikan murah mereka banyak produksi mereka banyak beli ikan tersebut dan mereka simpan kedalam kulkas. Nah disaat harga ikan mahal seperti yang sekarang ini. Mereka kan produksi setiap hari.Jadi mereka kesulitan untuk memproduksi ikan keumamah. Karena memang tergantung terhadap harga jual ikan sebenarnya," kata Alta dalam via telpon dengan Dialeksis.com.
Dia menambahkan saat ini belum ada laporan UMKM di wilayah kerjanya yang tutup usahanya akibat ikan mahal. Mereka hanya mengurangi produktivitas saja.
"Untuk tidak memproduksi itu memang dari umkm kita ini tidak tiap hari kadang minimal 2 atau 3 hari mereka baru ambil. Begitu mereka beli di rebus. Dia jemur dia packing. Dia bawa ketempat souvenir atau pun dijual di depan rumah hanya itu saat ini belum ada laporan kepada saya bagi pelaku usaha ini," pungkasnya. (NH)