kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / IMADA: Santri Harus Ambil Peran dalam Pendidikan, Ekonomi, dan Politik

IMADA: Santri Harus Ambil Peran dalam Pendidikan, Ekonomi, dan Politik

Selasa, 22 Oktober 2024 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Furqan Fiqri, Ketua Humas Ikatan Mahasiswa Alumni Dayah Aceh (IMADA). [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Hari Santri yang diperingati setiap tahun pada tanggal 22 Oktober selalu menjadi momentum reflektif bagi masyarakat, khususnya para santri di seluruh Indonesia. 

Hari ini bukan sekadar seremonial, melainkan waktu untuk meninjau kembali perjuangan santri yang telah mengakar dalam sejarah panjang bangsa Indonesia.

Dari masa penjajahan hingga kini, santri memainkan peran penting dalam perjuangan dan pembangunan negara.

Furqan Fiqri, Ketua Humas Ikatan Mahasiswa Alumni Dayah Aceh (IMADA), menegaskan bahwa peran santri sangat signifikan dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Maju 2045, visi besar Indonesia untuk menjadi negara yang mandiri, adil, dan makmur pada usia kemerdekaan yang ke-100 tahun. 

Menurutnya, peran santri di masa depan bukan hanya terbatas pada aspek keagamaan, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial, ekonomi, dan politik.

Furqan menjelaskan bahwa peran santri dalam visi Indonesia Maju 2045 harus diarahkan pada penguatan karakter bangsa yang unggul.

“Santri harus bisa menjadi teladan dalam membangun bangsa yang berakhlak, berintegritas, serta berdaya saing global,” ujarnya kepada Dialeksis.com. 

Ia menambahkan bahwa ada tiga peran penting yang harus diambil oleh santri dalam mencapai tujuan besar ini: pendidikan, ekonomi, dan politik.

“Pertama, di bidang pendidikan, santri harus terus memupuk kemampuan intelektual mereka. Tidak cukup hanya memahami ilmu agama, tetapi juga menguasai ilmu-ilmu modern seperti teknologi, ekonomi, dan sains. 

Ini penting untuk menciptakan generasi yang inovatif dan mampu menghadapi tantangan global,” terang Furqan.

Ia juga menekankan pentingnya peran ekonomi dalam perjuangan menuju Indonesia Maju 2045. 

"Santri harus menjadi pelopor dalam ekonomi kerakyatan. Pesantren bisa menjadi pusat ekonomi berbasis syariah yang mendukung perekonomian lokal. Misalnya, melalui program-program pemberdayaan masyarakat seperti kewirausahaan dan koperasi pesantren. Ini akan berkontribusi langsung terhadap kesejahteraan umat,” jelasnya.

Selain pendidikan dan ekonomi, Furqan juga menyoroti peran politik santri. Menurutnya, santri harus terlibat aktif dalam dunia politik untuk memastikan bahwa nilai-nilai keislaman dan kebangsaan tetap dijaga. 

“Di tengah dinamika politik nasional yang kadang penuh dengan kepentingan pragmatis, santri harus tampil sebagai penjaga moral bangsa. Mereka harus berani berdiri di garda depan untuk memperjuangkan keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan rakyat,” katanya.

Namun, ia juga mengakui bahwa tantangan bagi santri di bidang politik tidaklah mudah. 

"Ada stigma bahwa santri hanya fokus pada urusan keagamaan dan kurang memahami politik. Ini perlu diubah. Santri harus memperluas wawasan mereka, termasuk memahami sistem politik, hukum, dan kebijakan publik agar dapat berkontribusi lebih baik dalam pembangunan negara," jelasnya.

Ia memberikan contoh sukses keterlibatan santri dalam politik, seperti beberapa alumni pesantren yang kini menjadi tokoh penting di tingkat nasional. 

"Ada banyak contoh di mana alumni pesantren sukses di dunia politik dan menjadi agen perubahan yang signifikan, dari DPR hingga kepala daerah," tambahnya.

Di tengah transformasi besar yang dihadapi para santri menuju Indonesia Maju 2045, Furqan menekankan bahwa santri tidak boleh melupakan jati diri mereka. 

"Santri dikenal karena karakter mereka yang tawadhu (rendah hati), jujur, dan disiplin. Ini adalah modal utama yang harus dipertahankan di setiap langkah mereka," tegasnya. 

Ia berpendapat bahwa menjaga akhlak dan moralitas di tengah perubahan zaman adalah tantangan tersendiri bagi para santri modern.

Menurut Furqan, salah satu cara menjaga jati diri santri adalah dengan terus melestarikan tradisi pesantren yang sarat dengan nilai-nilai spiritual. 

"Santri harus tetap dekat dengan tradisi dzikir, mengaji, dan kegiatan ibadah lainnya. Ini adalah landasan yang akan menjaga mereka dari godaan duniawi dan memberi kekuatan untuk tetap berkontribusi positif bagi masyarakat," tambahnya.

Sebagai Ketua Humas IMADA, Furqan juga menyoroti kontribusi penting santri Aceh dalam gerakan santri nasional. 

“Aceh, sebagai Serambi Mekkah, memiliki sejarah panjang dalam mencetak ulama dan santri yang berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Dari Teungku Chik di Tiro hingga ulama-ulama kontemporer, peran santri Aceh sangat menonjol dalam memperjuangkan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan,” tuturnya.

Ia berharap bahwa santri Aceh terus melanjutkan tradisi tersebut dengan meningkatkan kapasitas mereka untuk bersaing di tingkat nasional dan internasional. 

“Santri Aceh harus menjadi contoh bagi santri di seluruh Indonesia, baik dalam hal intelektualitas, akhlak, maupun kontribusi nyata bagi masyarakat.”

Tidak hanya itu, Furqan juga menyoroti tantangan era digital bagi santri. “Saat ini, santri dihadapkan pada tantangan besar di era digital. Teknologi informasi berkembang pesat dan kita harus siap menghadapinya. Santri harus mampu menggunakan teknologi untuk dakwah dan pendidikan, bukan sebaliknya, menjadi korban dari arus informasi yang tidak terkendali,” ujarnya.

Ia mendorong pesantren-pesantren untuk meningkatkan literasi digital para santri. 

“Kita harus mengintegrasikan teknologi dalam kurikulum pesantren, sehingga santri tidak hanya melek agama, tetapi juga melek teknologi,” tambahnya.

Furqan Fiqri menegaskan harapannya untuk santri Indonesia ke depan. “Saya berharap, santri Indonesia terus berjuang untuk mewujudkan Indonesia Maju 2045. Dengan semangat perjuangan, integritas, dan keilmuan yang terus diasah, saya yakin santri bisa menjadi pilar penting dalam membangun Indonesia yang lebih baik,” pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda