DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Imam Front Pembela Islam (FPI) Aceh, Tgk. Muslem At Thahiri, menyampaikan prihatin atas dampak banjir besar yang melanda hampir sepertiga wilayah Aceh.
Menurutnya, musibah yang terjadi sejak akhir November itu tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik, namun juga memunculkan duka kemanusiaan yang sangat mengiris hati.
Di saat masyarakat berjuang menyelamatkan diri, ia menilai pemerintah bergerak terlalu lamban dan belum menunjukkan penanganan yang sebanding dengan tingkat kerusakan yang terjadi. Muslem menggambarkan betapa dahsyatnya bencana yang menimpa masyarakat di berbagai daerah.
"Banyak nyawa melayang, banyak rumah hancur dibawa arus, harta benda tenggelam, dan banyak orang tua tidak mengetahui kabar anak mereka karena jaringan komunikasi masih terputus di sebagian besar Aceh. Ribuan warga terisolir dan menahan lapar berhari-hari, bahkan terancam mati kelaparan,” ujarnya kepada media dialeksis.com, Rabu (10/12/2025).
Ia menambahkan bahwa kondisi tersebut semakin menyedihkan karena penanganan dari pemerintah dinilai belum optimal.
Bahkan, ia menyayangkan bencana sebesar ini tidak ditetapkan sebagai Bencana Nasional, padahal kerusakannya meluas hingga melumpuhkan akses darat dan memisahkan ribuan warga dari bantuan makanan.
“Ada pihak yang sibuk mencari kambing hitam, sibuk menyalahkan si A dan si B, hingga lupa bahwa di lapangan banyak korban yang terancam mati kelaparan. Banyak jembatan roboh, gunung longsor, jalan hancur, warga terisolir. Ini jelas butuh langkah cepat, bukan debat panjang,” tegasnya.
Di tengah lambannya respon pemerintah, FPI Aceh bersama DPP HILMI FPI mengambil langkah cepat untuk turun langsung ke titik-titik terdampak.
“Kami berusaha semaksimal mungkin untuk menghapus air mata para korban, menenangkan balita yang menangis kelaparan, membantu bayi yang kehabisan ASI, dan membuat orang tua tenang karena lama tidak terhubung dengan anaknya,” ujar Muslem.
Menurutnya, sejak hari keempat setelah banjir melanda, relawan FPI telah menyalurkan sembako ke berbagai daerah yang terdampak paling parah, antara lain Aceh Utara, Aceh Timur, Lhokseumawe, Bireuen dan Pidie Jaya
FPI juga menyuplai bahan sembako untuk dapur umum di kedua daerah tersebut, memastikan warga terdampak tetap memiliki akses makanan.
Muslem menjelaskan bahwa distribusi bantuan oleh FPI terus berjalan hingga hari ke-10 bencana dan akan dilanjutkan selama masyarakat masih membutuhkan.
FPI juga membuka dapur umum mulai 30 November hingga hari ini di Jalan KKA, Kampung Kem, perbatasan Aceh Utara “ Bener Meriah.
Dapur umum tersebut ditujukan untuk para warga Aceh Tengah dan Bener Meriah yang harus berjalan kaki puluhan jam akibat daerah mereka benar-benar terisolir.
“Mereka berjalan jauh karena semua toko di daerah mereka kosong. Tidak ada bahan makanan, tidak ada akses keluar. Mereka datang ke perbatasan hanya untuk mencari beras atau menjual hasil tani. Maka kami sediakan makanan gratis untuk mereka agar tidak lagi menahan lapar dan haus,” tutupnya. [nh]