kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / IPI Tawarkan Konsep Peningkatan Literasi Anak-anak Aceh

IPI Tawarkan Konsep Peningkatan Literasi Anak-anak Aceh

Minggu, 28 Februari 2021 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Ketua Pengurus Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Aceh, Nazaruddin Musa. [IST]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua Pengurus Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Aceh, Nazaruddin Musa mengatakan, kondisi literasi Aceh untuk saat ini masih di bawah rata-rata nasional.

"Kita peringkat ke 21. Indeks literasi tulis baca Aceh 34,37 persen dari rata-rata nasional 37,32 persen. Jadi masih di bawah rata-rata nasional sekitar 3 persen lagi," kata Nazaruddin saat dihubungi Dialeksis.com, Sabtu (27/2/2021).

Untuk ke depan, pihaknya berencana menyeimbangkan atau meningkatkan indeks literasi anak-anak di Aceh dengan rata-rata nasional.

Nazaruddin mengatakan, kondisi literasi sebenarnya sesuatu hal yang kompleks, dalam artian literasi itu bukan hanya sekedar baca-tulis tapi juga dari segi pemahaman sehingga si anak punya kemampuan untuk menyadari informasi, mencari informasi, hingga menghasilkan sebuah produk.

"Kalau baca-tulis mungkin kita sudah 90 persen, masyarakat Aceh sudah bisa, tetapi yang dimaksud literasi itu kemampuan dari kesadaran informasi, kemudian dia tahu cari informasi itu di mana, hingga menghasilkan sebuah produk dalam bentuk jurnal atau buku. Itu sebenarnya yang disebut dengan literate people (orang berliterasi)," jelas dia.

Secara garis besar, kata dia, seseorang memang harus menyadari akan pentingnya sebuah informasi. Kemudian, informasi yang dicari itu pun harus di tempat yang benar sehingga ketika output (karyanya) jadi, benar-benar bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya. 

Sementara itu, dalam upaya meningkatkan indeks literasi Aceh, IPI Aceh menawarkan beberapa konsep, di antaranya adalah Teacher Library (pustakawan guru).

Nazaruddin menjelaskan, konsep pustakawan guru itu ialah untuk melatih anak bagaimana melatih mencari informasi, menyeleksi informasi dan menggunakan informasi. 

Selain itu, perkara dilema yang dialami perpustakaan di sekolah-sekolah yang ada di Aceh ialah hampir tidak ada jam khusus bagi para siswa untuk pergi ke perpustakaan. Karena jam buka perpustakaan hanyalah saat-saat guru tidak ada di tempat atau lagi berhalangan mengajar, sehingga anak-anak tadi dialihkan ke perpustakaan.

Namun, lanjut dia, tidak boleh dalam sebuah sekolah jarang ada guru yang mengajar, sehingga perkara-perkara ini mempunyai sisi dilematisnya tersendiri.

Ia menambahkan, saat jam istirahat sekolah berbunyi, dengan waktu kisaran kurang lebih 15 menit juga kurang efektif jika ingin meningkatkan minat baca pada anak-anak di sekolah.

"Sehingga, solusi yang bisa kita tawarkan adalah harus menerapkan teknologi informasi. Dalam hal ini dibuat perpustakaan berbentuk digital yang bisa diakses oleh siswa di rumah," kata Nazaruddin. 

Kemudian, IPI Aceh juga merencanakan mengintegrasikan sistemnya. Dalam artian, misalnya dalam satu kawasan dibuat satu database (pangkalan data) yang mengumpulkan seluruh koleksi buku yang bisa diakses secara bersama.

Kemudian juga meningkatkan levelnya berdasarkan kategori tingkatan sekolah, baik SD, SMP, dan SMA untuk dikelompokkan per grup.

Nazaruddin menyebutkan bahwa konsep perpustakaan baru itu memang berat untuk terealisasikan, apalagi banyak masalah-masalah lain yang ditimbulkan seperti sistem pembelajaran yang belum berbasis perpustakaan.

"Tapi kalau misalnya dari sekolah sudah mulai membuat aturan, misalnya guru harus membawa anak sekolahan membaca satu jam dulu, nanti baru kita diskusikan. Itu yang penting," ungkap dia.

Untuk ke depan, Ia berharap supaya ada kesadaran akan pentingnya sebuah perpustakaan, baik dari pihak tenaga pendidik maupun bagi dinas-dinas terkait.

"Makanya itu harus dibangun dulu, seperti kami kemarin. Mulai dari Kepala Kanwil Kemenag Aceh, lalu diteruskan ke Kemenag Kabupaten/Kota sampai ke kepala-kepala sekolah. Harus bersinergi semua, kalau tidak, nggak mungkin ini bisa berjalan," pungkas dia.

Keyword:


Editor :
Fira

riset-JSI
Komentar Anda