kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / ISAD: Tragedi Pembakaran Santri di Langkat Pukulan Keras Bagi Pendidikan Islam

ISAD: Tragedi Pembakaran Santri di Langkat Pukulan Keras Bagi Pendidikan Islam

Selasa, 15 Oktober 2024 21:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD), Dr. Teuku Zulkhairi. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD), Dr. Teuku Zulkhairi, menyampaikan rasa duka mendalam dan mengecam keras tragedi pembakaran yang menimpa Adab Aulia Rizki, seorang santri dan pengurus di Pesantren Tahfiz Qur’an An-Nur, Langkat, Sumatera Utara. 

Korban yang berasal dari Kampung Jaluk, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, meninggal dunia setelah dibakar oleh rekan sesama santri saat sedang tidur.

Teuku Zulkhairi mengatakan bahwa peristiwa ini bukan hanya tragedi yang menyakitkan bagi keluarga korban, tetapi juga menjadi pukulan keras bagi dunia pendidikan Islam, khususnya pesantren. 

"Kami dari ISAD menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban dan seluruh santri Pesantren An-Nur. Kami mengecam keras tindakan kekerasan dalam bentuk apa pun, terlebih di lembaga pendidikan Islam yang seharusnya menjadi tempat mengajarkan akhlak mulia dan kedamaian. Dan pelakunya harus dihukum setimpal," ujarnya kepada Dialeksis.com, Selasa (15/10/2024) di Banda Aceh.

Zulkhairi menambahkan, tragedi ini harus menjadi momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan, pembinaan, dan pendidikan di pesantren Tahfiz Qur’an An-Nur, Langkat Sumatera Utara ini. 

Dalam konteks ini, kata Zulkhairi, Islam menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam mendidik santri, yang mencakup pengembangan aspek spiritual (tazkiyah an-nafs), mental, dan fisik. 

Menurutnya, beberapa konsep kunci dalam pendidikan Islam yang perlu diperkuat adalah tarbiyah ruhaniyyah (pembinaan spiritual) dan adab (etika dan tata krama). 

"Pesantren harus lebih serius dalam menanamkan adab, seperti yang diajarkan oleh para ulama klasik, di mana pengawasan terhadap hubungan antar-santri menjadi penting untuk mencegah perilaku menyimpang. Pembentukan akhlak yang kuat melalui pendekatan personal, perhatian penuh dari para pengasuh, dan pemahaman mendalam tentang prinsip saling menghargai dalam Islam harus ditanamkan sejak awal," jelasnya.

Zulkhairi juga menyampaikan bahwa tragedi ini menggambarkan betapa pentingnya peran muraqabah, yaitu pengawasan internal dan eksternal di pesantren. 

"Muraqabah tidak hanya terkait dengan pengawasan fisik, tetapi juga menanamkan kesadaran bahwa setiap tindakan diawasi oleh Allah. Santri harus dididik untuk memahami bahwa akhlak yang baik bukan hanya diamalkan di depan orang lain, tetapi dalam setiap aspek kehidupan mereka, di tengah-tengah mereka sendiri," paparnya.

Dia mengusulkan agar setiap pesantren meningkatkan pelatihan pengelolaan emosi dan bimbingan intensif kepada santri yang memiliki masalah perilaku, serta menekankan pendekatan tahdhib an-nafs (penyucian jiwa) sebagai fondasi pendidikan karakter.

Di sisi lain, ISAD mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah yang telah bertindak cepat dalam menanggung biaya perawatan dan pemulangan jenazah korban. 

"Ini adalah bentuk nyata perhatian pemerintah dalam memberikan dukungan kepada keluarga korban. Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik untuk Adab Aulia Rizki dan memberikan kekuatan serta kesabaran kepada keluarga yang ditinggalkan," kata Zulkhairi.

Sebagai langkah ke depan, ISAD mengusulkan agar pemerintah dan pihak terkait melakukan evaluasi dan meningkatkan pendidikan pengawasan di pesantren, serta memastikan bahwa tragedi serupa tidak terulang kembali. 

“Pesantren adalah tempat pembentukan akhlak dan pemimpin masa depan. Jangan sampai peristiwa tragis ini mencoreng nilai luhur pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mencetak generasi Islam yang berakhlak mulia,” tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda