Jangan Lewatkan! Nobar Akbar Film 17 Surat Cinta pada 1 Desember
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tim Koalisi Penyelamatan Rawa Singkil (TKPRS) akan menggelar nonton bareng (nobar) akbar film 17 Surat Cinta sekaligus peluncuran publikasi di YouTube.
Pemutaran film tersebut bakal digelar di Auditorium Ali Hasyimi, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh, dengan kapasitas 1000 penonton pada 1 Desember 2024 nanti.
Film ini menceritakan tentang dua sahabat yang punya hobi berbeda dalam memotret hutan di Aceh. Sejak sekolah, Rubama jatuh cinta pada pelajaran biologi dan benci matematika. Sementara Lukman cinta mati pada angka-angka dan peta.
Meski begitu, mereka berdua disatukan oleh rasa cinta yang sama pada hutan dan seisinya. Bersama teman-temannya, Rubama dan Lukman terlibat petualangan seru mengungkap keindahan hutan dari pojok Aceh hingga ujung Papua.
Dokumenter 17 Surat Cinta diproduksi oleh Ekspedisi Indonesia Baru, disutradarai Dandhy Laksono (Sexy Killers & Dirty Vote), berkolaborasi dengan berbagai organisasi lingkungan seperti Forest Watch Indonesia, Yayasan HAkA, Greenpeace Indonesia, Auriga Nusantara, Pusaka Bentala Rakyat dan Tim Koalisi Penyelamatan Rawa Singkil (TKPRS).
Dokumenter ini mengangkat kisah inspiratif perjuangan masyarakat adat dalam menjaga hutan Indonesia, mulai dari Suaka Margasatwa Rawa Singkil hingga Papua. Hutan-hutan tropis terakhir yang menjadi benteng iklim nasional.
Koordinator TKPRS, Musrafiyan mengatakan, film 17 Surat Cinta menceritakan bagaiamana pengalihan fungsi lahan menghancurkan kawasan suaka margasatwa (SM).
“Film dokumenter ini menunjukkan bagaimana pengalihan fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan kelapa sawit yang mengakibatkan kehancurkan SM Rawa Singkil. Di mana RM merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser. tempat hidup satwa endemik, seperti harimau, gajah, badak dan orangutan sumatera,” katanya.
Musrafiyan berharap, norbar ini nantinya dapat membuka wawasan berbagai kelompok dan usia untuk memperjuangkan pelestarian hutan, serta menjadi pengingat akan kekuatan kolektif komunitas adat dalam melindungi hutan dan wilayah mereka.
“Nobar ini bertujuan untuk menginformasikan secara faktual akan masifnya perusakan hutan yang terjadi di negara ini, serta mengajak semua pihak untuk mendukung upaya pelestarian hutan sebagai warisan bangsa,” tuturnya.
Musrafiyan menyebutkan, usai pemutaran film bakal ada sesi diskusi interaktif bersama narasumber Dandhy Laksono, Direktur Jenderal Konervasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Masyarakat Desa Teluk Rumbia/aktor film dan perwakilan TKPRS.
"Sesi diskusi itu nantinya akan menjadi penutup acara nobar akbar ini. Kami berharap teman-teman bisa ikut berpartisipasi dan meramaikan pemutaran film ini," pungkasnya.[]