kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Jenis-jenis Defisit Anggaran Menurut Ekonom Aceh

Jenis-jenis Defisit Anggaran Menurut Ekonom Aceh

Rabu, 12 Oktober 2022 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Dosen FEB-USK, Dr Syukriy Abdullah. [Foto: ist]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Beberapa daerah di provinsi Aceh mengalami defisit anggaran Tahun 2022. Diantaranya ada kota Banda Aceh, Sabang, Lhokseumawe, Langsa, Aceh Utara dan Aceh Timur.  

Pengamat Ekonomi yang juga Dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Dr Syukriy Abdullah mengatakan defisit itu sebenarnya sebuah kondisi yang terjadi di hampir setiap daerah.

Menurut Syukri, defisit itu ada tiga kategori, mulai dari konteks penganggaran sampai ke pertanggungjawabannya. Pertama defisit dalam APBD murni ini rencana yang dibuat karena kemampuan pendapatan yang diperkirakan tidak bisa menutupi rencana belanja.

"Jadi sebelum tahun anggaran itu dimulai sudah diperkirakan bahwa pendapatan itu tidak mampu menutupi belanja. Tetapi pemda masih mempunyai sisa uang tahun ini yang nanti bisa digunakan tahun depan. Sisa uang inilah yang disebut silpa yang bisa menutupi defisit itu," kata Syukry.

Untuk yang kedua, tambahnya defisit yang terjadi karena adanya perubahan anggaran. Angka defisit di dalam APBD murni didalam APBD perubahan itu berbeda bisa lebih tinggi diperubahan atau bisa lebih rendah diperubahan.

"Tapi intinya ada perubahan biasanya memang kalau diperubahan itu defisitnya makin mengecil yang tersisa semakin sempit maksimal 4 bulan atau 3 bulan. Karena untuk menutupi disisa tahun ini," ujarnya.

Syukry juga menambahkan defisit yang ketiga itu terjadi didalam pertanggung jawaban anggaran. Ini yang real tetapi defisit yang real didalam realisasi ini. Itu sudah tertutupi dengan silpa di tahun lalu.

"Defisit ini tidak membebani anggaran tahun berikutnya. Jadi uang yang masuk di tahun itu bisa menutupi defisitnya," ujarnya.

Syukry juga mengatakan bahwa kadang-kadang di anggaran murni dan perubahan pemda itu mengandalkan defisit untuk terealisasi itu surplus. Artinya jumlah pendapatan yang awalnya direncanakan mampu menutupi belanja ternyata setelah terealisasi justru pendapatannya bisa menutupi semua belanja bahkan lebih tinggi dari belanja sehingga terjadi surplus.

"Jadi tidak semua pemda yang waktu membuat anggaran itu defisit kemudian defisit juga waktu pelaksanaannya. Ada yang defisit dianggarannya kecil tapi realisasinya besar dan ada juga defisit dianggarannya besar tapi realisasinya kecil," pungkasnya.[NH]

Keyword:


Editor :
Akhyar

riset-JSI
Komentar Anda