kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Kadisbudpar Aceh: Setiap Event Selalu Terapkan Syariat dan Syiar Islam

Kadisbudpar Aceh: Setiap Event Selalu Terapkan Syariat dan Syiar Islam

Senin, 22 Agustus 2022 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizki
Kadisbudpar Aceh Almuniza Kamal. [Foto: tangkapan layar Youtube Serambi on TV]

DIALEKSIS.COM | Aceh - Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Aceh, Almuniza Kamal mengatakan, setiap event yang dilaksanakan selalu menerapkan syiar Islam.

Ia juga menyampaikan, banyak hal yang sudah dilakukan oleh Disbudpar sendiri agar Aceh dikenal dengan ramah tamahnya dan pemulia jame adat getanyoe, dan itu dijalankan sesuai dengan pemimpin terdahulu.

Lanjutnya, Disbudpar memastikan atraksi atau event terlaksana demgan baik dan tertib, supaya meningkatkan perekonomian sesuai dengan harapan.

Disbudpar tidak bekerja sendiri, tapi banyak yang membantu. Terkait event yang memang ada konser yang katanya melanggar syariat Islam. Perlu diketahui bahwa laki-laki dan perempuan sudah dipisahkan, namun ada juga yang lost.

Ia meminta maaf dan mungkin ke depannya akan diperbaiki lagi. Di event kuliner juga Disbubpar menghadirkan Ustadz Hanan Attaki, beliau menyiarkan bagaimana berwisata dengan Islam.

"Hal ini menunjukkan bahwa di setiap kegiatan Disbudpar, di sela-sela kegiatan yang ada kebahagiaan maka akan dimunculkan nilai-nilai religius terutama syiar Islam," ucapnya dalam diskusi 'Pariwisata Bangkit Kemiskinan Menurun' yang dikutip Dialeksis.com pada kanal Youtube Serambi On TV, Minggu (21/8/2022).

Semua konten yang diselenggarakan, syiar Islam akan tetap dimasukkan. Ia berharap pada pihak yang ikut membantu menyelenggarakan event untuk tetap menjaga local system, harus disadari bahwa syariat adalah landasan dan pijakan Aceh dalam membangun negeri ini.

"Tentunya nilai-nilai kreatif itu ada batasannya, kita tetap berlandaskan dan berpedoman pada syariat Islam," jelasnya.

Kemudian, terkait polemik rapa'i di dalam masjid itu sudah selesai, yang bisa memutuskan benar atau salah adalah orang yang paham secara keilmuan dan otoritas wilayah MPU.

Dan MPU tidak mempermasalahkan hal ini, ia berpikir masyarakat tidak perlu berpolemik tentang ini. Kita sepakat bahwa memakmurkan masjid bukan hanya salat lima waktu tapi juga sebagai tempat silaturrahim, dakwah, baik konten atau interaksi lainnya.

"Saya mendukung hal yang positif di dalam masjid," pungkasnya. [AU]

Keyword:


Editor :
Indri

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda