kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Kapolda Aceh: UNHCR Jangan Lepas Tangan terkait Pengungsi Rohingya

Kapolda Aceh: UNHCR Jangan Lepas Tangan terkait Pengungsi Rohingya

Kamis, 30 November 2023 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Gelombang pengungsi Rohingya baru tiba di Sabang, Rabu (22/11/2023). Kapolda Aceh minta UNHCR tidak lepas tangan. [Foto: NU Online/Reza]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Kapolda Aceh Irjen Achmad Kartiko meminta UNHCR tidak lepas tangan terkait gelombang pengungsi Rohingya yang tiba di Aceh sejak pertengahan November 2023 ini, terutama setelah warga dari beberapa daerah menolak kedatangan para pengungsi.

Pihaknya telah menyelidiki, rata-rata pengungsi Rohingya yang tiba di Aceh memiliki identitas dari UNHCR yang berbahasa Bangladesh, dan Kapolda menduga ada pembiaran dari UNHCR sehingga mereka bisa pindah dari Cox’s Bazar, Bangladesh, ke Indonesia.

“Kita menemukan bahwa orang Rohingya itu memiliki kartu UNHCR yang diterbitkan di Bangladesh sana dengan bahasa Bangladesh, artinya UNHCR juga harus bertanggung jawab kenapa Rohingya ini lolos dari Bangladesh sana, sehingga ini bukan tanggung jawab kita semata,” ucap Kapolda Aceh kepada awak media di Mapolda Aceh, Kamis (30/11/2023).

Dirinya mengungkapkan pengungsi Rohingya masuk ke Tanah Rencong menggunakan kapal milik warga Bangladesh. Mereka disebut membayar sejumlah uang agar dapat berangkat menuju Indonesia. Para imigran Rohingya itu disebut kabur dari lokasi penampungan di Cox's Bazar, Bangladesh. Para imigran rata-rata sudah mengantongi kartu yang dikeluarkan UNHCR.

Kapolda Aceh menuturkan, polisi pernah menangkap warga Bangladesh yang diduga membawa Rohingya ke Indonesia. Pelaku disebut mengaku pengungsi Rohingya itu membayarnya namun jumlah bayaran tersebut masih diselidiki.

"Dia mengakui ada pembiayaan untuk masuk ke Indonesia. Kita duga ini jaringan penyelundupan manusia," jelas mantan Deputi Bidang Penempatan dan Perlindungan Kawasan Eropa dan Timur Tengah BP2MI ini.

Selain itu, pada pertengahan November polisi juga menggagalkan penyelundupan Rohingya di Aceh Timur. Imigran tersebut ditemukan dalam sebuah truk tak lama usai mendarat di Aceh.

"Sampai sekarang kita belum tahu tujuannya ke mana tapi berhasil kita gagalkan. Karena mereka tidak mau ditampung di sini lari ke daerah lain," lanjutnya.

Meskipun belum ada bukti perdagangan manusia, Kapolda yakin bahwa kasus ini terkait dengan penyelundupan manusia. 

Pihaknya menyebutkan, polisi akan mengantisipasi terjadinya konflik sosial antara masyarakat dengan pengungsi pasca terjadi penolakan di sejumlah tempat. Para pengungsi disebut ditampung sementara karena alasan kemanusiaan.

"Jadi atas dasar kemanusiaan kita harus tetap melakukan pertolongan terhadap pengungsi ini namun tugas Polda di samping kita memberikan bantuan pertolongan juga kita menjaga agar tidak terjadi konflik antara masyarakat dengan para pengungsi," pungkasnya.

Sebagai informasi, sebanyak 1.087 imigran Rohingya mendarat di sejumlah daerah di Aceh selama November. Mereka tiba menggunakan enam perahu kayu.

Pengungsi Rohingya yang ditempatkan sementara di Lhokseumawe, yang tersisa hanya 507 orang dan tujuh orang kabur dari tempat penampungan. Kemudian 341 orang di Kabupaten Pidie tepatnya di Yayasan Mina Raya dan di Desa Kulee sebanyak 232 orang.[*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda