kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Ketua ARC-USK: Harga Minyak Nilam Terlalu Tinggi Harus Disikapi dengan Hati-hati

Ketua ARC-USK: Harga Minyak Nilam Terlalu Tinggi Harus Disikapi dengan Hati-hati

Minggu, 15 September 2024 23:30 WIB

Font: Ukuran: - +

DR Syaifullah Muhammad, Ketua ARC PUIPT Nilam Aceh USK sekaligus Ketua Badan Pengembangan Bisnis USK. [Foto: Dialeksis.com]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua ARC PUIPT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala, Syaifullah Muhammad, menyatakan perlu kehati-hatian menyikapi tingginya harga minyak nilam dalam 6 bulan terakhir.

Harga minyak nilam saat ini menjadi puncak yang paling tinggi dalam 30 tahun terakhir, yaitu mencapai Rp1,9 juta per kilogram. Hal ini berpotensi mengganggu industri hilir yang memanfaatkan minyak nilam sebagai bahan baku, karena berdampak pada peningkatan biaya produksi dari end product di banyak negara. 

Menurut Syaifullah, peningkatan harga bahan baku secara terus-menerus berdampak tidak baik bagi keberlanjutan industri. 

"Hal ini akan berdampak pada kejenuhan, dan berpeluang bagi industri mencari bahan alternatif pengganti yang lebih murah. Sehingga berpeluang harga minyak nilam terjun bebas kembali ke titik terendah," ucap Syaifullah dalam keterangan tertulis yang diterima Dialeksis.com, Ahad (15/9/2024).

Secara teknis memang minyak nilam tidak mungkin tergantikan dengan bahan lain, karena komposisi senyawa fito kimianya yang mencapai lebih 60 senyawa alami dalam minyak nilam. Tidak mungkin ada yang mau dan bisa mensintesis 60 senyawa kimia dan dikomposisi sebagai pengganti minyak nilam, karena membutuhkan biaya dan teknologi sangat tinggi, dan berdampak pada biaya produk hilir yang sangat tinggi juga. 

Namun, beberapa fungsi minyak nilam sebagai fiksatif misalnya, bisa digantikan oleh senyawa sintetik. Kalau harga minyak nilam terlalu tinggi, maka ada kemungkinan pelaku industri hilir akan beralih ke bahan sintetik yang lebih murah, meskipun kualitasnya berbeda dengan minyak nilam.

"Kami berharap harga bisa stabil pada kisaran Rp1 juta. Karena ini akan berdampak jangka panjang dan saling menguntungkan untuk semua stakeholders nilam, mulai petani, penyuling, pengumpul, koperasi, eksportir, reseller internasional hingga end user nilam di manca negara," jelas Syaifullah.

Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain menjaga keseimbangan antara produksi nilam oleh masyarakat dengan jumlah permintaan nilam dari internasional pada kisaran 2000 Ton per tahun. Selain itu, juga menjaga agar kualitas minyak nilam yang dihasilkan memenuhi standar SNI dan permintaan internasional dengan kandungan Patchouli Alkohol 30-34% dan bilangan asam kurang dari 8 serta beberapa standar kualitas lainnya.

Selanjutnya para eksportir nilam juga bisa memperluas jangkauan kemitraan dengan internasional buyer lainnya, sehingga ada alternatif jalur pemasaran nilam ke luar negeri. Saat ini ada sekitar 40 negara yang memerlukan nilam untuk industri mereka dengan tingkat kebutuhan yang variatif.

Kemudian, hilirisasi di dalam negeri harus ditingkatkan dan dikembangkan. Ini menjadi kunci kemandirian dan keberlanjutan untuk pasar nilam rakyat Indonesia. Kalau industri hilir dalam negeri dengan berbagai produk turunan nilam berkembang, maka kebutuhan nilam dalam negeri akan meningkat dan secara perlahan ketergantungan nilam Indonesia terhadap market Internasional akan mencapai keseimbangan positif.

"Artinya, nilam kita akan tetap memiliki nilai melalui industri di dalam negeri meskipun luar negeri membatasi pembelian," imbuhnya.

Untuk itu peran pemerintah dan industri nasional sangat diperlukan. Pemerintah perlu mengkonsolidasikan market lokal minyak nilam dengan penguatan UMKM dan industri besar nasional yang menggunakan minyak nilam sebagai bahan baku produk mereka. 

"Pemerintah bisa mengajak perguruan tinggi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan lain-lain untuk melakukan alih teknologi purifikasi minyak nilam kepada dunia industri, sehingga industri Indonesia bisa mendapatkan minyak nilam hi-grade dengan biaya murah tanpa harus impor dari luar negeri," ucapnya.

"Dukungan juga perlu diberikan oleh industri jasa keuangan Indonesia kepada para pelaku hulu-hilir industri nilam dengan financing murah dan mudah, sehingga skala usaha rakyat terkait nilam bisa berkembang dan memiliki kemandirian untuk jangka panjang," pungkas Ketua ARC PUIPT USK, Syaifullah Muhammad. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda