DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kongres Komite Mahasiswa dan Pemuda Aceh Nusantara (KMPAN) ke-VIII resmi dibuka di Gedung Badan Penghubung Pemerintah Aceh di Jakarta, Rabu (19/11/2025) malam.
Suasana pembukaan berlangsung khidmat namun hangat, dihadiri para presidium KMPAN dari berbagai daerah, unsur alumni, serta para tamu undangan yang selama ini mengikuti dinamika gerakan mahasiswa dan pemuda Aceh di Nusantara.
Acara diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Hymne Aceh, serta doa bersama.
Para peserta utusan presidium KMPAN dari berbagai kota di Indonesia tampak antusias, menandai kuatnya semangat konsolidasi untuk merajut gagasan bersama tentang masa depan Aceh.
Sekretaris Jenderal KMPAN, Fadhli Espace, dalam sambutannya menegaskan bahwa kongres ini bukan sekadar agenda rutin organisasi. Ia menyebut, KMPAN ingin menempatkan diri sebagai ruang perjumpaan ide dan sikap kritis mahasiswa dan pemuda Aceh terhadap berbagai persoalan yang dihadapi Aceh hari ini, sekaligus memperkuat peran mahasiswa dan pemuda di tingkat nasional.
Fadhli juga menekankan pentingnya presidium KMPAN yang hadir dari berbagai wilayah untuk menjaga kesatuan gerakan, merapikan barisan, dan menguatkan koordinasi lintas daerah.
Pada sesi berikutnya, Azmi Abubakar selaku Sekretaris Jenderal KMPAN pertama yang hadir mewakili alumni, menyampaikan pesan lintas generasi. Ia mengingatkan bahwa KMPAN lahir dari suasana konflik Aceh, ketika ruang demokrasi masih sangat terbatas dan keberanian menyuarakan aspirasi rakyat Aceh bukan sesuatu yang mudah.
Dalam fase itu, KMPAN bersama Koalisi Aksi Reformasi Mahasiswa Aceh (KARMA) berhasil menyelenggarakan Kongres Mahasiswa dan Pemuda Aceh Serantau (Kompas) di Banda Aceh sebanyak dua kali dalam kurun waktu berbeda, yang dihadiri sekitar seratus lebih elemen gerakan mahasiswa, organisasi pemuda, dan komunitas pemuda serta santri. Dari KOMPAS I kemudian lahir Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) sebagai kanal kampanye demokratis yang menawarkan jalan referendum sebagai solusi damai atas konflik berkepanjangan di Aceh.
Azmi menegaskan, KMPAN tidak pernah berdiri di ruang kosong, tetapi tumbuh bersama denyut perjuangan rakyat Aceh. Karena itu, KMPAN juga berperan aktif dalam proses penyelesaian konflik Aceh dan berada pada titik-titik awal yang meretas jalan damai, sebelum akhirnya dunia menyaksikan lahirnya kesepakatan damai dan perubahan besar di Aceh.
Azmi menambahkan, arah KMPAN ke depan tentu harus membaca dinamika Aceh hari ini, dengan satu arah utama, yaitu memperkuat dan merawat damai Aceh. Menurutnya, tanpa komitmen untuk menjaga damai, seluruh capaian politik dan pembangunan di Aceh akan mudah rapuh. Ia mengajak KMPAN tetap berdiri di sisi rakyat, kritis terhadap segala bentuk ketidakadilan, namun tetap menjadikan damai sebagai pijakan bersama.
Puncak acara pembukaan ditandai dengan pernyataan resmi pembukaan kongres oleh Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh, Said Marzuki, yang bertindak mewakili atas nama Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh, Gubernur Aceh, dan Sekretaris Daerah Aceh.
Dalam sambutannya, Said menyampaikan apresiasi kepada KMPAN yang dinilainya konsisten menjaga tradisi intelektual dan kepedulian sosial politik di kalangan mahasiswa dan pemuda Aceh. Ia menyebut, mahasiswa dan pemuda Aceh yang tersebar di berbagai kota di Indonesia merupakan aset strategis yang harus dirangkul dan difasilitasi, termasuk melalui peran KMPAN sebagai jembatan antara dinamika mahasiswa dan pemuda di rantau dengan arah kebijakan pembangunan di Aceh.
Said juga mengajak presidium dan seluruh peserta utusan presidium kongres untuk merawat sikap kritis yang konstruktif. Ia berharap KMPAN mampu menjadi mitra dialog yang kuat bagi Pemerintah Aceh, baik menyangkut isu-isu keacehan maupun agenda-agenda nasional yang berdampak langsung terhadap Aceh.
Di hadapan peserta, ia menegaskan bahwa pemerintah terbuka terhadap masukan dan rekomendasi pemuda sepanjang disampaikan secara santun dan argumentatif.
Kongres KMPAN ke-VIII di Jakarta ini akan berlangsung hingga 21 November 2025. Agenda utama kongres adalah pemilihan Sekretaris Jenderal KMPAN periode berikutnya serta melahirkan rekomendasi dan program kerja yang akan menjadi arah gerak KMPAN dalam mengawal kepentingan pemuda dan merawat damai Aceh ke depan.[*]