LMND Banda Aceh Dukung Upaya Mitigasi Stunting, Tambahkan Beberapa Saran Ini
Font: Ukuran: - +
Reporter : Akhyar
Ketua Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Kota Banda Aceh, Dedi Saputra atau akrab disapa Bung John. [Foto: ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Kota Banda Aceh mendukung upaya pemerintah dalam menyelesaikan masalah stunting di Aceh.
Dukungan ini disampaikan mengingat Aceh adalah salah satu provinsi yang sedang berada di angka paling sakral berdampak stunting.
Ketua LMND Kota Banda Aceh Dedi Saputra atau lebih dikenal dengan sapaan bung John menyatakan, selaku generasi muda Aceh pihaknya akan selalu siap sedia menghadapi segala tantangan ke depan
“Masalah stunting ini bukanlah masalah biasa-biasa saja. ini menyangkutSumber Daya Manusia (SDM) bagaimana kita akan membangun generasi ke depan kalo masalah ini tidak kita selesaikan,” ujar Dedi Saputra kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Senin (29/8/2022).
Lebih lanjut, ia juga mengatakan, persoalan stunting atau gagal tumbuh kembang anak akibat kekurangan gizi masih menjadi persoalan serius di negara indonesia.
Mengutip data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa di Indonesia masih dihadapkan pada prevalensi stunting yang mencapai rata-rata 24,4 persen dan hal ini masih di atas ambang batas Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Kemudian, berdasarkan hasil Studi Kasus Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia berada di 24,4 persen. Angka ini mengalami penurunan 3,3 persen di tahun 2019 sebesar 27,7 persen. Prevalensi stunting ini lebih baik dibandingkan Myanmar (35 persen), tetapi masih lebih tinggi dari Vietnam (23 persen), Malaysia (17 persen), Thailand (16 persen), dan Singapura (4 persen).
Dedi menyampaikan, jika menurut 34 provinsi, Aceh merupakan salah satu daerah dengan kasus stunting tertinggi di Indonesi. Prevalensi anak stunting di Aceh jauh di atas rata-rata nasional, dari data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, Aceh menempati posisi ketiga tertinggi setelah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Barat,
Lanjutnya, misalkan Kabupaten Gayo Lues menjadi daerah prevalensi stunting tertinggi 42,9 persen, disusul Kota Subulussalam 41,8 persen. Sementara Kota Banda Aceh (23,4 persen) dan Kota Sabang (23,8 persen) menjadi daerah dengan prevalensi terendah.
Kemudian, tambah dia, masalah yang perlu diseriusi oleh pemerintah adalah persoalan stunting atau gagal tumbuh kembang anak akibat kekurangan gizi perihal pemenuhan kebutuhan dasar bagi ibu hamil itu yang paling penting karana kurangnya asupan gizi bagi ibu hamil akan mempengaruhi tumbuh kembang bayi bahkan hal itu tidak hanya membahayakan bagi perkembangan janin sendiri tetapi kesehatan sang ibu juga.
“Kami mendorong supaya ada gerakan bersama melawan stunting yang terintegrasi secara nasional dari pusat hingga RT serta bentuk pengawasan yang ketat untuk memastikan program tersebut berjalan secara akuntabel,” tegasnya.
Dedi selaku Ketua LMND Kota Banda Aceh juga mengusulkan agar pengalokasian anggaran pemerintah untuk hal ini bisa diperbesar melalui APBN dan Dana Desa serta memaksimalkan peran puskesmas dan bidan desa untuk proses cek kesehatan ibu hamil.
Hal lainnya yang tidak kalah penting, tegas dia, adalah pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak-anak yang putus sekolah.
“Menurut kita, tidak hanya perkembangan fisik yang perlu diperhatikan tetapi juga hak-hak anak dalam mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebagaimana amanat UUD 1945,” pungkasnya.[Akh]
- Kelas BPJS Kesehatan Resmi Dihapus, Tak Ada Wacana Perubahan Iuran
- Ekonomi Belum Sempat Pulih Sudah Dipukul Lagi, Iswandi Wanti-wanti Kenaikan Harga BBM
- Kadis DPMG Aceh untuk Kepala Desa Terkait Penanganan Stunting: Bek Habeh Peng Keu Taloe Ngen Keubeue
- Kemenkes Konfirmasi Kasus Cacar Monyet Pertama di Indonesia