kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Mahasiswa TIF dan IKM UTU 2020 Gelar Konferensi Berbagsa dan Bernegara Era Milenial Jilid V

Mahasiswa TIF dan IKM UTU 2020 Gelar Konferensi Berbagsa dan Bernegara Era Milenial Jilid V

Senin, 11 Januari 2021 20:45 WIB

Font: Ukuran: - +

[IST]

DIALEKSIS.COM | Aceh Barat - Prodi Teknologi Informasi (TIF) angkatan 2020 berkalaborasi dengan Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Universitas Teuku Umar (UTU), melaksanakan kegiatan Konferensi Berbangsa dan Bernegara Era Milenial Jilid pada Sabtu (9/1/2021).

Kegiatan tersebut ihadiri sebanyak 100 orang, terdiri dari Wakil Dekan 1 FKM mewakili pimpinan Fakultas, ketua Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, dosen pengampu mata kuliah, kalangan jurnalis di kota Meulaboh dan para peserta konferensi.

Adapun tema yang dusung “Meningkatkan jiwa persatuan, dan kesatuan, berbagsa dan bernegara di era covid 19 untuk menuju tatanan kehidupan baru”.

Ketua Panitia, Amelia Putri Sinaga dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan ini pertama kali dialami oleh mahasiswa/I Teknologi Informasi dan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2020.

Acara konferensi ini sudah direncanakan sejak 3 minggu yang lalu yaitu pada bulan desember 2020 dan dilaksanakan pada 09 januari 2021.

Sesuai dengan materi dan pelajaran yang mana sebelumnya sudah dipelajari dan diajarkan oleh dosen pengampu mata kuliah pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dan juga sesuai dengan kondisi saat ini dengan kesepakatan bersama mahasiswa TIF dan IKM mengangkat tema yaitu "meningkatkan jiwa persatuan, kesatuan, berbangsa, dan bernegara di era covid-19 untuk menuju tatanan kehidupan baru", bekal atau persiapan para panitia ini adalah yang pertama sekali yaitu di pemikiran yang maju dan juga menjalankan nilai-nilai toleransi. 

"Kemudian pentingnya komitmen dan bersosialisasi serta kerja sama antar tim dan kerja sama antar panitia, bertanggung jawab atas apa yang sudah ditugaskan, kedisiplinan waktu dan pekerjaan serta amanah yang harus dilakukan dengan bijak dan cerdas, bahu-membahu dan yang terpenting dukungan dari kedua pihak yang akan berkolaborasi yaitu TIF dan IKM," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fitrah Reynaldi, S.Km., M.Kes menyampaikan, acara hari ini konferensi berbangsa dan bernegara era milineal, jika melihat judulnya bahwasanya dalam berbagsa dan bernegara, baik itu tentang masa lalu maupun di era milenial, sebenarnya kita tidak terlepas dari nilai-niali pancasila itu sendiri.

"Tentu saja dari sila-sila pancasila, nilai-nilainya itu tetap melekat walaupun kita hidup dizaman modern ini yang serba canggih. Dari kelima sila-sila itu kita tidak boleh melupakan hal tersebut, itu pondasi kita dalam berbangsa dan bernegara," ujar Fitrah.

Ia melanjutkan, pada Era sekarang ini jika ada hal-hal atau permasalahan, jangan melihat dari sudut pandang mata kita sendiri. Kita bisa melihat dari sudut pandangan luas, melihat itu lebih luas lagi. Apalagi Indonesia ini dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai macam suku bangsa, kita harus bisa menyesuaikan diri dimanapun kita berada di Indonesia ini katu harus memiliki pandangan yang luas dalam berbangsa dan bernegara.

"Saya sangat mengapresiasi acara ini, mengapa saya sangat mengapresiasi acara ini? Karena acara ini dibuat oleh mahasiswa, bagi saya segala sesuatu yang dibuat oleh mahasiswa itu luar biasa, saya tahu dari dahulu acara yang dibuat mahasiswa itu luar biasa. Dipersiapkan dengan bagus padahal kalau kita bilangkan mahasiswa itu tidak punya anggaran, tidak ada kantornya, tapi bisa membuat acara seperti ini, itu sangat luar biasa," ungkap Fitrah.

"Mungkin jika tidak ada covid acara ini dibuat secara langsung di gedung atau di aula itukan lebih luar biasa lagi. Memang harus diakui bahwasanya saya senang sekali, dengan mahasiswa kita bisa membuat acara ini dengan sumber daya yang sedikit atau dengan sumber kemampuan finensial yang tidak ada sama sekali, tapi bisa membuat acara yang menurut saya serius acaranya bukan main-main. Saya juga mengapresiasi Dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bapak Said Fadhlain, sahabat saya yang bisa memotivasi mahasiswa sehingga acaranya bisa dibuat betul-betul seperti konferensi yang ada di Jakarta, acara kita ini seakan-akan kita sedang berada di konferensi tingkat nasional," tambahnya.

Dalam peresmian kegiatan, Wakil Dekan I FKM, Safrizal, S.Km., M.Kes menyampaikan, acara ini berjalan dengan baik secara langsung begitu menghebohkan kita. Karena ini bukanlah topik-topik yang biasa, topik-topik negara, topik-topik berbangsa ini adalah topik-topik yang selalu kita gaung-gaungkan.

"Bangsa indonesia ini dengan segenap potensi yang ada merupakan bangsa yang besar dan kaya dan juga memiliki keuntungan-keutungan demografi dengan posisi strategis diantara jalur-jalur distribusi baik itu secara nasional maupun internasional dengan memiliki sumber daya yang ada dan melimpah ruah yang sangat kita ketahui itu sangat diberkahi oleh Alllah SWT, Tuhan Yang Maha Esa," ujar Safrizal.

Jadi tepat apabila memang dijuluki sebagai the wining region ataupun kawasan pemenang karena negara ini merupakan negara yang memang segala-galanya ada berbagai macam bentuk, bahkan dari sudut pandang, struktur, budaya dan sebagainya juga kita kaya, tidak hanya dengan hanya sekedar sumber daya alamnya saja. Jadi kebesaran dari pada Indonesia dari segala sumber nya itu sangat rentan menjadi negara yang memang hancur ataupun dikatakan gagal tetapi jika memang mereka tidak mampu mengendalikan itu," tambahnya.

Ia melanjutkan, Indonesia pada dasarnya itu merupakan negara yang memiliki beberapa perbedan dari segala bidang. Keaneka ragaman baik dari suku, agama, budaya maupun golongan itu sangat memudahkan kita untuk memicu terjadinya distegrasi bangsa oleh karena itu jika kita tidak mampu mengendalikan, tidak mampu mengnahkodainya maka dalam bentuk kekayaan yang diebrikan oleh Allah SWT tersebut tidak ada manfaatnya bahkan menjadi mudarat bagi kita, walaupun yang kita ketahui bahwasanya Indonesia ini adalah sebuah negaara yang memang sangat-sangat kaya dari sudut pandang apapun.

"Jadi kemampuan untuk bertahan diri pada perpecahan-perpecahan, kehancura-kehancuran yang ada bukan tanpa sebab. Kita ketahui ini merupakan tantangan kita pada saat ini selain alat teknologi dan juga bentuk dari buah pemikiran kita kadang kala tidak tepat ataupun tidak siap meletakkan pada tempatnya. Akhirnya terjadi beberapa hal yang kita ketahui pada saat ini ataupun pada belakangan ini, sehingga banyak polenik-polenik yang terjadi," ujar Safrizal.

Walaupun kita kembali lagi tadi bahwasanya negara kita kaya seyogyanya kita aman, tenang, bahagia dan tentram namun ada hal-hal yang masih saja terjadi, polenik-polenik yang ada dinegara kita. Namun, datangnya milenial-milenial ini merupakan suatu solutif. Menghormati perbedaan itu telah diyakini bhawasanya perbedaan di Indonesia itu tetap ada namun yang kita harapkan perbedaan itu dapat kita harga seperti itu. Sementara dibelahan dunia lain sekelompok, manusia masih memperlakukan manusia lainnya sebagai budak, dipekerjakan secara kasar tanpa upah layak dan sebaginya. Namun di negara kita selalu kita junjung tinggi, terutama dimata kuliah ini pasti diajari kepada kita untuk menghargai perbedaan itu," tambahnya.

Ia melanjutkan, jika perbedaan itu kita hargai dan sumber daya itu kita manfaatkan dengan baik insyaallah negara kita akan aman. Oleh karena itu arah pergerakan bangsa ini berada ditangan generasi adik-adik sekarang yaitu generas-generasi milenial. Generasi-genarasi muda yang memang saat ini mengikuti acara konferensi berbangsa dan bernegara diera milenial jilid V wadah khusus dan secara umum kita semua.

"Dan sekali lagi mari jaga, rawat dan pelihara nilai-nilai pancasila didalam kehidupan sehari-hari. Bapak apresiasi telah dilaksanakannya acara yang sangat penting ini sehingga dapat menjadi majelis ilmu yang sangat bermanfaat bagi kita dan juga merupakan salah satu aplikatif dari pada pengetahuan-pengetahuan yang kita dapatkan jadi bisa kita sebutkan dengan jelas sebab kreatifitas, sebuah inovasi metode pembelajaran yang bagus. ," tutupnya.

Semnetara itu, Pimpinan Harian Haba Aceh Barat, Adwina Pakeh M.Sc menyampaikan selamat dan sukses atas terselenggarannya konferensi berbangsa dan bernegara era milenial jilid V, yang secara konsisten terus dilakukan walaupun saat ini ditengah kondisi pandemi covid 19 namun tidak menghalangi niat dan inovasi yang dijalankan, sehingga kegiatan yang bermanfaat ini tetap bisa dilaksanakan.

"Acara seperti ini sangat besar manfaatnya sangat bagus, apalagi berbicara tentang berbangsa dan bernegara di era milenial di mana para generasi kita ini menyikapi perbedaan, bagaimana menyikapi informasi yang beredar sehingga dapat membuat bangsa dan negara ini bersatu tidak terpecah bela," ujarnya.

Puncak kegiatan webinar diisi pemaparan materi oleh Said Fadhlain, S. IP., M.A selaku narasumber utama, dimana membahas tentang “Meningkatkan jiwa persatuan, dan kesatuan, berbagsa dan bernegara di era covid 19 untuk menuju tatanan kehidupan baru”, Kalaborasi Prodi Teknologi Informasi dan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2020 Universitas Teuku Umar.

Sekretaris pelaksana kegiatan, Nunum Agusvili, menjelaskan webinar ini dilaksanakan secara marathon, sejak pukul 08.30 WIB diawali, lantunan ayat suci Al-qur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Universitas Teuku Umar, dilanjutkan penampilan puisi tentang Covid 19, kata sambutan oleh ketua Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat sekaligus pembukaan acara oleh Wakil Dekan 1 FKM, testimoni tanggapan dan pesan dari Pimpinan harian haba Aceh Barat, dan Penampilan kreasi dan inovasi seni dan budaya dari sanggar konferensi berbagsa dan bernegara, menyanyikan lagu bungong seulanga dan musikalisasi puisi Teuku Umar, kemudian acara puncak konferensi berbangsa dan bernegara era milenial jilid v dimulai pukul 10.00 WIB hingga berakhir tepat pukul 17.00 WIB sore.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda