Masuki Pekan Kedua Ramadhan, Suhu Aceh Capai 33 Celcius
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, sejumlah daerah di Aceh bakal dilanda suhu udara 33 derajat celcius sepanjang bulan Ramadhan di pekan kedua ini.
"Potensi hujan masih terjadi pekan ini, tapi cuaca panas tembus 33 derajat Celcius di Aceh," ucap Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Aceh, Zakaria, Senin.
Ia mengatakan, suhu panas di siang hari terjadi hampir mayoritas wilayah di Aceh baik di Timur, Utara, dan Barat-Selatan akibat provinsi paling ujung Utara di Sumatera ini telah memasuki awal musim kemarau.
Sedangkan suhu udara malam hari berkisar antara 23 hingga 25 derajat Celcius dengan kelebaban udara minimum 65 persen sampai maksimum 100 persen, akibat pengaruh suhu udara bertekanan rendah di Samudera Hindia.
Cuaca selalu berubah-ubah di Samudera Hindia terutama udara yang bertekanan rendah, telah mengakibatkan pertumbuhan awan-awan konvektif sangat cepat terjadi dan mengakibatkan hujan di wilayah Aceh.
"Makanya, bisa kita bilang suhu di Aceh pekan ini masih labil. Walau telah tiba musim kemarau, namun masih terjadi hujan sedang hingga lebat dengan intensitas bisa ringan," jelas dia.
Ia mencontohkan, seperti peringatan dini cuaca di Aceh siang ini, potensi hujan disertai petir dan angin kencang terjadi di Simeulue, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, dan sekitarnya. Dapat meluas ke wilayah Aceh Tenggara, Banda Aceh, dan Aceh Besar yang diperkirakan masih berlangsung sore ini.
"Padahal cuaca di Banda Aceh pagi hingga siang hari, cenderung panas capai 29 derajat Celcius. Namun memasuki siang dan jelang sore hari mendung," terang Zakaria.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R Prabowo mengimbau, agar masyarakat berhati-hati dan waspada terhadap hujan lebat dan angin kencang di sejumlah daerah di Indonesia.
Menurut dia, kejadian cuaca ekstrem akhir-akhir ini di beberapa daerah seperti hujan lebat disertai angin kencang di Tuban, Bogor dan Sukabumi serta banjir di Aceh Utara pada awal musim kemarau.
Kondisi itu dipicu oleh adanya pusat tekanan rendah di sekitar Samudra Hindia perairan barat Sumatera dan sirkulasi siklonik di Selat Karimata serta indikasi aktifnya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia sebelah barat Sumatera yang masuk ke wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.
"Hal tersebut memberikan pengaruh terhadap pola cuaca dalam meningkatkan suplai uap air yang berkontribusi pembentukan dan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah," kata Prabowo. (ANTARA)