kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Minat Baca di Aceh Tidak Menurun, Banyak Komunitas Yang Aktif Dalam Literasi Membaca

Minat Baca di Aceh Tidak Menurun, Banyak Komunitas Yang Aktif Dalam Literasi Membaca

Jum`at, 13 Agustus 2021 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Ilustrasi membaca. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Minat baca yang kini sudah mulai sedikit menurun karena perkembangan zaman ternyata itu sebuah pemikiran yang salah. Adapun minat baca itu masih ada di kalangan masyarakat itu termasuk tinggi.

Hal ini disampaikan oleh salah satu Penggiat Buku Tradisional, Filsafat, dan Literasi Baca di Banda Aceh, Devriansyah atau akrab disapa Om Epi kepada Dialeksis.com, Jumat (13/08/2021) saat sedang melakukan diskusi di salah satu warkop dikawasan Banda Aceh.

Dirinya mengatakan, jika memang minat baca itu rendah sekarang, harusnya koran yang beredar dikalangan masyarakat sudah tidak ada.

“Media berita banyak sekali, saya yakin di Indonesia selalu lahir satu media baru, komunitas juga banyak terutama di Banda Aceh, jadi kalau ada yang bilang minat baca rendah itu salah, berarti orang itu gak suka baca,” ucapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, mungkin karena perkembangan zaman yang sudah semakin maju, teknologi yang hebat sekarang, minat baca itu kurang.

“Terlihat memang generasi sekarang, lebih gadget daripada buku, saya katakan itu tidak salah, tapi saya tidak setuju jika minat baca itu menurun, dan mungkin juga toko buku di Aceh yang tutup, saya tahu itu, tapi bukan berarti minat baca berkurang ya, itu salah. Hal ini terjadi karena membaca juga bisa melalui gadget dan teknologi sekarang, banyak sekali e-book dan paper, atau tulisan yang bisa dicari di Internet, jadi itu bisa menjadi salah satu faktor banyak toko buku tutup, tapi saya rasa enggak juga, karena di Banda Aceh sendiri sudah ada Gramedia, ya walaupun baru di Banda Aceh saja, ini membuktikan bahwa minat baca tidak menurun,” jelasnya.

Sementara itu ia menjelaskan, bahwa ini bisa menjadi amslaah juga dengan tinggi perkembangan teknologi, karena hardcopy atau buku yang dicetak bisa sedikit tidak laku, karena orang lebih memilih menggunakan/membeli e-book dari buku yang dicetak.

“Tapi itu bukan menjadi suatu alasan, bisa jadi kegiatan membaca atau yang meningkat literasi baca itu banyak, namun karena pandemi bisa jadi salah satu faktor penyebabnya, karena media itu menyediakan berita (tulisan) untuk dibaca, kemudian ada cetak (koran,majalah,paper, dan lain-lain) untuk dibaca setiap hari selalu ada dan disebar, jadi saya rasa minat baca itu tidak menurun justru meningkat, mungkin tidak sepesat yang terlihat ya, karena membaca itu bisa dimana saja dan kapan saja,” tukasnya.

Dan juga dirinya menyampaikan, adapun komunitas yang berada dalam lingkungan atau literasi membaca itu sangat banyak dan tersebar diseluruh Aceh.

“Mereka sangat aktif, bedah buku, diskusi, membaca, sosialisasi, dan aktif juga dalam event-event besar yang ada di Aceh bahkan nasional, jadi banyak sekali upaya dari kawan-kawan kita di komunitas membuat kegiatan positif untuk meningkatkan minat baca dan tentu mereka sudah menjadi relawan dalam dunia literasi membaca menurut saya, sumbangsihnya tinggi sekali,” ucap Deviriansyah.

Deviriansyah mengharapkan, agar pemerintah dapat berkolaborasi dengan komunitas yang ada di Aceh dan dapat terus mengembangkan dan meningkat minat baca lebih tinggi dan lebih banyak di Aceh. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda