kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Nandong Smong Meriahkan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana di Aceh

Nandong Smong Meriahkan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana di Aceh

Jum`at, 11 Oktober 2024 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Tim Kesenian Adaptasi Nandong Smong binaan Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A) memeriahkan bulan PRB 2024. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kegiatan “Berbicara Inklusi di Warung Kopi” yang diselenggarakan oleh Forum Pengurangan Risiko Bencana (Forum PRB) Aceh dengan dukungan dari SIAP SIAGA di SMEA Premium Lamnyong, Banda Aceh, menjadi sorotan dalam rangkaian Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana

Mengusung tema "Harmonisasi Pengetahuan Adat dan Tradisional dalam Mendukung Upaya Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana", acara ini diwarnai dengan penampilan memukau dari Tim Kesenian AdaptasiNandong Smong binaan Generasi Edukasi Nanggroe Aceh (GEN-A).

Penampilan Tim Kesenian Nandong Smong berhasil mencuri perhatian dengan musikalisasi puisi yang diadaptasi dari tradisi Nandong Smong Simeulue. Lirik asli dalam bahasa Simeulue dibawakan dengan penuh penghayatan oleh Amelia Sari, Nabilla Maharani, dan Alicya Putri Gunawan, diiringi gitar akustik oleh Mustafa Handika. Inovasi ini merupakan bagian dari Paket Kesenian Mitigasi Bencana (PASMINA) yang dikembangkan oleh GEN-A untuk menyampaikan pesan mitigasi bencana melalui seni budaya.

Nandong Smong adalah tradisi lisan yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Simeulue, Aceh, dan berisi pesan tentang tanda-tanda alam sebelum terjadinya tsunami. Lagu ini telah terbukti menyelamatkan banyak nyawa pada saat tsunami 2004, ketika masyarakat mengenali tanda-tanda alam seperti surutnya air laut dan gempa bumi, sesuai dengan pesan dalam Nandong. Tradisi ini kini dipandang sebagai bentuk kearifan lokal yang sangat penting dalam mitigasi bencana, dan terus dijaga serta dikembangkan.

Hasan Bangka, Ketua Forum PRB Aceh, memberikan apresiasi kepada tim kesenian GEN-A. 

"Penampilan Nandong Smong ini adalah contoh yang luar biasa tentang bagaimana tradisi dan kearifan lokal bisa diadaptasi menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan pesan tentang mitigasi bencana. Seni ini bukan hanya hiburan, tapi juga sarana edukasi yang mampu menjangkau berbagai kalangan, terutama generasi muda," kata Hasan. 

"Kolaborasi dalam pelaksanaan kegiatan Inklusi Pengurangan Risiko Bencana pada acara bulan PRB adalah satu hal yang berbeda dari biasanya karena yang disasar peserta nya adalah penikmat warung kopi", tambahnya.

Direktur Eksekutif GEN-A, Imam Maulana, menyampaikan pentingnya menggunakan seni sebagai medium untuk edukasi. 

"Melalui seni, pesan mitigasi bencana dapat disampaikan dengan lebih mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat. Inovasi seperti PASMINA memungkinkan kami melestarikan budaya sekaligus meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana," ungkapnya.

Acara ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh penting, termasuk Catherine Meehan dari Kedutaan Australia dan I Putu Suta Wijaya, Ketua Forum PRB Bali. Mereka memberikan dukungan penuh terhadap upaya Aceh dalam memadukan kearifan lokal dan kesiapsiagaan bencana.

Catherine Meehan dari Kedutaan Australia menyatakan kekagumannya atas inisiatif ini. 

"Saya sangat terkesan dengan bagaimana Aceh memanfaatkan tradisi lokal seperti Nandong Smong untuk menyampaikan pesan tentang kesiapsiagaan bencana. Ini adalah contoh bagaimana kita bisa belajar dari kearifan lokal dalam melindungi masyarakat dari ancaman bencana. Australia sangat mendukung kolaborasi seperti ini dan berharap upaya ini dapat terus berlanjut," ujar Meehan.

Selain itu, pembicara Irwandi, S.HI., M.H. dan Fatimahsyam, S.E., M.Si. juga berbagi wawasan tentang pentingnya keterlibatan masyarakat dalam setiap langkah mitigasi bencana.Irwandi menyoroti Peran Tokoh Masyarakat dan Adat pendekatan Berbasis syariat dalam mendukung Kesiapsiagaan Bencana di Aceh, sedangkan Fatimahsyam menekankan pentingnya peran perempuan dalam pengurangan risiko bencana.

Dengan mengusung tema inklusi dan kearifan lokal, acara ini berhasil menciptakan dialog yang mendalam tentang bagaimana tradisi adat dan pengetahuan modern dapat bersinergi dalam menghadapi bencana. 

Forum PRB Aceh, bersama SIAP SIAGA, berharap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk terus menjaga dan melestarikan tradisi lokal sambil memperkuat kesiapsiagaan bencana di masa depan. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda