DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Literasi tidak hanya sekadar keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga menjadi elemen fundamental dalam pengembangan sistem pendidikan yang adaptif dan berkualitas.
Dalam orasi ilmiahnya sebagai Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK), Prof. Dr. Drs. Razali, M.Pd., menyoroti pentingnya “Transformasi Kurikulum Bahasa di Perguruan Tinggi: Strategi Meningkatkan Minat Mahasiswa dalam Komunikasi dan Literasi", pada Rabu (26/2/2025).
Menurutnya, peningkatan literasi dan komunikasi mahasiswa merupakan keharusan agar mereka siap menghadapi dunia akademik dan profesional. Transformasi kurikulum bahasa dan sastra Indonesia harus menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman tanpa kehilangan akar budaya lokal.
Prof Razali mengungkapkan sejumlah tantangan yang berhasil dirinya identifikasi dalam penerapan kurikulum bahasa saat ini, di antaranya rendahnya minat mahasiswa terhadap literasi dan komunikasi serta metode pengajaran yang masih bersifat konvensional.
"Faktor penyebabnya, antara lain kurangnya integrasi teknologi dalam pengajaran, pendekatan pembelajaran yang masih teoretis, serta minimnya kesempatan bagi mahasiswa untuk berlatih keterampilan komunikasi secara aktif," tutur Prof Razali.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Prof. Razali mengusulkan beberapa strategi peningkatan minat mahasiswa, termasuk pendekatan interaktif seperti diskusi dan debat.
"Kita juga dapat menggunakan materi kontekstual yang relevan dengan isu sosial dan teknologi, serta pemberian penghargaan akademik sebagai bentuk apresiasi atas prestasi mahasiswa," sebutnya.
Prof Razali turut menyoroti modernisasi kurikulum. Menurutnya, pemanfaatan teknologi menjadi salah satu solusi utama.
"Penggunaan platform e-learning, aplikasi pembelajaran interaktif, serta kerja sama dengan institusi internasional diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa dan memperluas wawasan mereka," jelasnya.
Prof Razali mengharapkan transformasi kurikulum bahasa dapat membawa manfaat signifikan, seperti peningkatan keterampilan komunikasi dan literasi mahasiswa, kemudahan adaptasi lulusan di dunia kerja, serta peningkatan daya saing perguruan tinggi di tingkat nasional maupun internasional.
Sebagai penutup, Prof. Razali menekankan bahwa inovasi kurikulum bahasa harus berbasis riset dan kolaborasi antara akademisi, mahasiswa, serta industri.
"Perguruan tinggi diharapkan mampu membangun ekosistem pembelajaran yang dinamis agar mahasiswa dapat lebih aktif dan inovatif dalam mengembangkan kemampuan komunikasi dan literasi mereka," pungkasnya. [ls]