kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Pedagang Depan Stadion Harapan Bangsa Menjerit: Omzet Anjlok, Daya Beli Lemah

Pedagang Depan Stadion Harapan Bangsa Menjerit: Omzet Anjlok, Daya Beli Lemah

Jum`at, 13 September 2024 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Alfi Nora
Kolase foto. Sejumlah pedagang dari luar Aceh yang berjualan di area Stadion Harapan Bangsa, khususnya di depan kantor Harian Rakyat Aceh, mengeluhkan rendahnya daya beli masyarakat. [Foto: Nora/dialeksis.com]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sejumlah pedagang dari luar Aceh yang berjualan di area Stadion Harapan Bangsa, khususnya di depan kantor Harian Rakyat Aceh, mengeluhkan rendahnya daya beli masyarakat.

Selama berjualan mulai dari tanggal 9 September saat pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut hingga hari ini masih sepi pembeli. 

Purwanti, salah seorang pedagang yang menjajakan pernak-pernik PON, melontarkan keluhan terkait rendahnya antusiasme masyarakat terhadap acara olahraga bergengsi tersebut. 

Pedagang asal Jakarta ini menawarkan berbagai barang seperti bantal, aksesoris, boneka, dan jam yang bertuliskan "PON XXI Aceh - Sumut". Namun, ia mengungkapkan bahwa meski harga barang telah dipangkas dari Rp 100 ribu menjadi Rp 50 ribu per item, penjualannya tetap tidak memuaskan.

“Omset yang kami dapatkan hanya Rp 200 ribu per hari itu sudah Alhamdulillah. Bahkan, pada malam puncak pembukaan, omzet kami hanya mencapai Rp 70 ribu,” kata Purwanti kepada Dialeksis.com, Jumat (13/9/2024). 

Ia menambahkan bahwa pengalaman berbeda ia rasakan saat PON Papua, di mana ia meraup keuntungan yang jauh lebih besar. Kondisi yang terjadi pada PON Aceh-Sumut sangat mengecewakan bagi Purwanti. 

Purwanti menyebutkan bahwa salah satu penyebab penurunan omzet adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perhelatan PON ini, yang berdampak pada rendahnya tingkat kehadiran di venue olahraga. 

Ia berharap situasi ini dapat berubah menjelang penutupan acara, dan berencana untuk berjualan di PON Sumut pada kesempatan berikutnya.

Senada dengan Purwanti, Yono, seorang pedagang aneka street food yang datang dari Solo, juga mengeluhkan sepinya pengunjung di lokasi jualannya. 

Meski telah berjualan selama tujuh hari di depan stadion, Yono mengungkapkan bahwa omzet yang diperolehnya sangat jauh dari harapan. 

“Omzet kami paling besar hanya sekitar Rp 1,5 juta sehari. Biasanya, acara sebesar ini bisa menghasilkan puluhan juta per hari, namun kali ini justru mengalami penurunan drastis,” jelas Yono.

Yono dan rekannya memutuskan untuk datang dari Solo dengan harapan dapat meraih keuntungan besar di PON Aceh. Namun, kenyataannya jauh dari ekspektasi mereka. 

Ia menyarankan agar panitia dan pemerintah setempat dapat meningkatkan daya tarik acara dan memfasilitasi transportasi bagi masyarakat sekitar agar dapat lebih mudah mengunjungi venue acara.

“Mungkin, panitia atau pemerintah setempat bisa mengajak masyarakat berkeliling melihat PON dan menyediakan fasilitas transportasi, karena tidak semua orang memiliki kendaraan pribadi,” saran Yono. 

Ia berharap bahwa pihak terkait akan memberikan perhatian lebih terhadap kondisi pedagang, terutama mereka yang telah datang dari luar provinsi untuk berpartisipasi dalam acara ini. [nor]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda