Pembubaran Pengajian KWPSI, Ini yang Sebenarnya Terjadi
Font: Ukuran: - +
Reporter : Im Dalisah
Kapolsek Syiah Kuala AKP Edi Saputra, SE saat di lokasi kejadian, Rumoh Kuphi Lambada, Selasa, (17/3/2020). Foto: Ist
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Salah seorang jamaah pengajian rutin mingguan Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI), Firdaus, membantah terjadinya pembubaran paksa dan pengusiran pengajian rutin KWPSI oleh sekelompok massa yang mengaku sebagai penegak Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) di rumoh kuphi Lambada, Gampong Pineung, Banda Aceh, kemarin, Selasa, (17/3/2020).
"Tidak ada, tidak ada kejadian itu," tegas Firdaus kepada media ini, Rabu, (18/3/2020).
Pada malam itu, sambung Firdaus, dirinya mengaku hadir di lokasi kejadian untuk mengikuti kajian keagamaan yang telah disosialisasikan melalui berbagai media sosial. Setibanya ditempat acara, dia hanya melihat kehadiran pemateri, Ustadz Muhammad Hatta Selian, Lc M.Ag, tanpa didampingi panitia lainnya.
"Saat itu, Ust Hatta mengatakan ke saya 'acara dibatalkan, tanpa ada konfirmasi ke saya'. Upaya konfirmasi sudah dilakukan Ust Hatta, namun tidak ada balasan apapun. Baru besok paginya dibalas. Jadi semacam ada pembiaran," ucap Firdaus yang di amini oleh Ust Hatta yang mendampinginya.
Dia menyesalkan pemberitaan sebagian media online yang menyebutkan telah terjadi pengusiran dan aktifitas pengajian itu. Bahkan, dibeberapa media Ust Hatta dituding sebagai Ust wahabi.
"Masak di pemberitaan situs infoxxx ini kok satire seperti ini. Yang ditulis semuanya tidak sesuai fakta, seperti adanya kekacauan, keributan. Semuanya tidak ada itu," tegasnya kembali.
Dialeksis.com mencoba melakukan penelusuran terhadap kebenaran berita itu dengan menyambangi rumoh kuphi Lambada di kawasan gampong Pineung. Beberapa pelayan yang bekerja di warkop itu menguatkan keterangan Firdaus. Menurut mereka tidak ada keributan dan kekacauan seperti yang diberitakan di beberapa portal media online.
"Gak ada bang, gak ada keributan apapun. Yang ada cuma pengunjung yang minum kopi," terang Fahrul, pengelola rumoh kuphi Lambada saat disambangi media ini, Rabu, (18/3/2020).
Saat ditunjukkan Dialeksis.com tentang pemberitaan yang dimaksud, pria berkacamata ini terlihat kaget
"Ah, gak ada itu bang. Gak ada keributan semalam," ucap dia yang diiyakan oleh rekannya yang lain.
Keterangan senada diperoleh dari pemilik warkop Lambada, Muntazar. Menurut laki-laki yang akrab disapa Pak Mun ini tidak ada kejadian pengusiran dan keributan yang terjadi ditempat warkop miliknya.
"Gak ada, semua normal saja. Berita yang beredar itu tidak benar. Soal perintah dari yang hadir untuk menggembok tempat juga tidak pernah ada," terang Pak Mun.
Saat dikonfirmasi media ini pada Rabu, (18/3/2020) siang, Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Trisno Riyanto, SH melalui Kapolsek Syiah Kuala, AKP Edi Saputra, SE menegaskan tidak ada kejadian pembubaran seperti yang dimaksud.
"Saya hadir dilokasi malam itu. Tidak ada kejadian keributan. Berita yang beredar dibeberapa media itu juga tidak benar," tegas Edi
Pada kesempatan berbeda, Sekjen KWPSI Muhammad Salman kepada media ini mengakui adanya pembubaran itu, meski acaranya tidak sempat terlaksana.
"Pembubaran itu ada, tapi acara belum sempat dilaksanakan. Sebelum pengajian, tempat acara telah dikuasai dan Ust yang mengisi kajian diminta untuk keluar," terang Salman.
Lebih lanjut dia mengatakan beberapa jam sebelumnya telah ada pengancaman terhadap acara kajian itu.
"Ternyata itu dibuktikan dengan datangnya 50 an orang yang berpencar-pencar disekitar tempat acara," sebut Salman yang mengaku datang 5 menit setelah pengisi acara Ust. Hatta tiba ditempat.
Terkait dengan jumlah massa yang hadir, hal ini dibantah khusus oleh Pak Mun, pemilik warung.
"Hana, pane na 50 ureung. Meunyoe na 50 ka penoh tempat nyoe (gak ada, mana ada 50 orang. Kalau ada 50 orang, sudah penuh tempat ini-red)," tukas Pak Mun.
Kembali kepada Sekjen KWPSI, Muhammad Salman. Dia menjelaskan pihaknya telah berusaha mengklarifikasi bahwa Ust Hatta tidak memiliki kaitan apapun dengan kelompok Wahabi. Namun, kelompok Aswaja tetap bersikeras agar pengajian itu tidak dilanjutkan.
"Pada siang hari sebelumnya, telah kita jelaskan bahwa Ust Hatta tidak memiliki kaitan apapun dengan Wahabi. Tapi massa Aswaja yang dikoordinir Tgk Rafsanjani tetap memaksa pengajian itu tidak boleh dilanjutkan," jelas dia.
Klarifikasi mengejutkan diperoleh dari Tgk Rafsanjani. Sosok yang disebut-sebut mengkoordinir pembubaran pengajian KWPSI itu membantah dengan tegas keterlibatan dirinya. Dia sendiri mengaku tidak hadir di lokasi kejadian saat peristiwa itu terjadi.
"Hana, hana pembubaran nyan. Hana sapeu na. Mungken na ureung yang hana galak keu lon statemen-statemen lage nyan dipeugot aju," terang Tgk Rafsanjani saat dikonfirmasi Dialeksis.com, Rabu, (18/3/2020).
Dia kembali menegaskan tidak tahu jika dirinya dikaitkan dengan rencana pembubaran itu.
"Di berita seperti itu ditulis. Tapi dari jamaah gak ada yang mengatakan seperti itu ke saya. Saya tidak tahu tentang rencana pembubaran pengajian itu," ujar Tgk Rafsanjani.
Dia menduga, asal muasal persoalan ini bermula dari pro kontra internal KWPSI tentang penetapan pemateri pengajian.
"Di internal KWPSI memang 'na gabuek bicut' tentang pemateri. Mungkin sebabnya dari situ. Saya kan pengurus juga di KWPSI bidang kajian," terang dia.
Sebelumnya, seperti yang sudah diberitakan beberapa media online lainnya, pengajian rutin mingguan Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) yang digelar di Rumoh Kuphi Lambada pada Selasa, (17/3/2020). dibubarkan oleh sekelompok orang yang mengaku dari kelompok pecinta Aswaja. Pasalnya, pemateri yang akan mengisi acara tersebut, Ustadz Muhammad Hatta Selian, Lc M.Ag dituding sebagai orang yang berasal dari kelompok wahabi. (Im)