kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Pemerintah Aceh Undang Investor untuk Destinasi Unggulan

Pemerintah Aceh Undang Investor untuk Destinasi Unggulan

Senin, 16 Desember 2019 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Plt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menghadiri pertemuan tahunan Bank Indonesia Provinsi Aceh Tahun 2019" Senergi, Transformasi, Inovasi" menuju Indonesia Maju, Senin (16/12/2019). [Foto: Humas Aceh]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemerintah Aceh mengundang investor untuk berinvestasi di lima destinasi unggulan yang telah disiapkan pemerintah. Nova Iriansyah, Pelaksana Tugas Gubernur Aceh mengajak serta perbankan untuk ikut mempromosikan dan 'menjual' destinasi unggulan tersebut kepada para investor.

"Ada KEK Arun Lhokseumawe, KIA Kadong, Pelabuhan Samudera Lampulo dan BPKS Sabang yang telah kita siapkan untuk dijadikan tempat investasi," kata Nova dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia Provinsi Aceh, di AAC Dayan Dawood, Senin (16/12/2019). 

Nova menyebutkan, potensi di sumur minyak dan gas di Aceh juga sangat besar. Nova bilang pemerintah Aceh akan segera melakukan pengambilalihan Blok B. "Proses pengambilan Blok B mendekati final," kata dia.

Seluruh lokasi investasi yang disiapkan pemerintah Aceh tersebut sangatlah strategis. Semua berada di jalur perdagangan internasional yang tentunya akan menjadi daya tarik bagi penanaman modal di Aceh.

"Promosikan keunggulan yang dimiliki tersebut untuk masuknya jalur investasi ke Aceh," kata Nova.

Nova yakin, jika pihak swasta masuk berinvestasi di kawasan-kawasan itu, kemiskinan dan pengangguran di Aceh akan semakin berkurang.

Salah satu modal terbesar mengurai kemiskinan di Aceh adalah tingkat inflasi yang terus membaik. Inflasi Aceh sekitar 1.3 persen, angka itu lebih baik dari Sumatera dan nasional. Selain itu harga sawit dunia sebagai salah satu komuditi unggulan Aceh juga terus membaik. Secara eksisting, dua hal itu membuat Nova yakin akan membuat penduduk miskin berkurang.

Nova menambahkan apa yang telah dilakukan Tim Pengendali Inflasi Daerah bersama stakeholders seperti Bank Indonesia telah ikut memberi kontribusi bagi penurunan angka kemiskinan. Di antara yang dilakukan adalah kerja sama produksi tapioka atau ubi kayu dan penanaman nilam di Aceh Jaya.

"Selain itu kita juga meminimalisir uang yang terbang keluar Aceh," kata Nova. Caranya adalah melakukan kapitalisasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Pemerintah Aceh mengarahkan SKPA dan swasta untuk membeli lebih banyak produk UMKM, sehingga belanja di luar Aceh akan berkurang. "Kontribusi ini kita yakin akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi."

Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh, Zainal Arifin Siregar, mengatakan pertumbuhan ekonomi Aceh tahun 2020 diramalkan lebih baik. "Hitungan kami pertumbuhan ekonomi Aceh tahun depan (2020) berkisar antara 4,83-5,23 persen," kata dia.

Perkiraan tersebut disebabkan beberapa hal. Di antaranya adalah pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh yang disahkan dengan cepat. Di Aceh, APBA memang masih masih menjadi stimulus, di mana jika pengasahan terlambat dilakukan, maka pertumbuhan ekonomi Aceh akan terlambat pula.

Selain itu, rakyat Aceh patut bersyukur. Sepanjang 2019, bencana alam tidak terjadi secara signifikan dan kemarau panjang tidak terjadi. Hal itu membuat pertumbuhan ekonomi Aceh tidak terganggu.

Inflasi Aceh di penghujung tahun 2019 juga sesuai target dan terkendali sesuai sasaran. "Aceh mampu mengalahkan nasional dan Sumatra," kata Zainal Arifin. Biasanya inflasi Aceh hampir selalu berada di atas nasional.

Zainal berharap pemangku kepentingan di Aceh menjaga pertumbuhan ekonomi dan inflasi tetap rendah. Selama ini inflasi di Aceh justru terjadi dari komuditi yang banyak terdapat di Aceh, yaitu beras. Hal itu dikarenakan tata niaga tidak terjadi di Aceh. Ia memaparkan 90 persen padi yang keluar dari Aceh masih berupa gabah. Ia berharap ada upaya bersama sehingga nantinya yang dibawa keluar dari Aceh adalah beras sebagai produk turunan dari padi.

"Kita berharap ada manufaktur yang mengolah sumber daya alam Aceh," kata dia. Dengan itu, pertumbuhan ekonomi Aceh tidak lagi bergantung pada APBA semata.

Selain pertanian, Zainal memaparkan bahwa distribusi perekonomian Aceh juga ditopang oleh sektor perdagangan, jasa kontruksi, pemerintahan, transportasi pertambangan, dan industri pengolahan. (h)


Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda