Pemko Banda Aceh Kenalkan Metode Budidaya Tiram Sistem Terapung
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Salah satu tugas dan fungsi Dinas Pangan Pertanian Kelautan dan Perikanan (P2KP) Kota Banda Aceh adalah melaksanakan peningkatan pengetahuan dan keterampilan kepada pelaku usaha.
Kegiatan usaha masyarakat di wilayah pesisir di kota Banda Aceh masih dikelola secara tradisional, seperti memanfaatkan ekosistem perairan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hal ini diungkapkan kepala Dinas Pangan Pertanian Kelautan dan Perikanan (P2KP) Kota Banda Aceh Zulkifli Syahbuddin di ruang kerjanya. Senin (10/2/2019).
"Selama ini pemanfaatan potensi perairan seperti menangkap ikan dan memanen tiram masih dilakukan secara tradisional, para petani tiram hanya memanfaatkan potensi perairan dengan mengeksploitasi potensi yang ada," ujarnya.
Dikatakannya, hal ini dikhawatirkan bisa berpotensi jika diambil setiap hari oleh petani tiram maka lama kelamaan akan habis. Dengan kondisi tersebut maka Dinas Pangan Pertanian Kelautan dan Perikanan (P2KP) Kota Banda Aceh melalui tim penyuluh dan pegawai teknis perikanan kota Banda Aceh memperkenalkan metode budidaya tiram sistem terapung atau keramba apung kepada kelompok pembudidaya tiram di gampong Alue Naga Kecamatan Syiah kuala.
"Metode ini menggunakan keranjang sebagai tempat penampungan bibit tiram untuk dibesarkan sampai mencapai ukuran konsumsi dengan butuh waktu lebih kurang 6 bulan." Pungkas Zulkifli Syahbuddin.
Zulkifli menambahkan, Selain untuk pengembangan budidaya tiram, wilayah perairan pesisir kota Banda Aceh juga sangat berpotensi untuk pengembangan budidaya ikan dalam keramba jaring apung, salah satu lokasi strategis untuk pengembangannya berada di wilayah perairan pesisir Gampong Ulee Lheue, dengan komoditi unggulan seperti ikan Kuwe (rambeu), kakap, kerapu dan udang lobster.
"Hasil panen dari masyarakat sangat luar biasa, bahkan ikan Rambeu yang dibesarkan di dalam keramba ada ukuran yang mencapai 2 kilo per ekor. Terkait dengan tiram ini kalau dulu itu nyak-nyak turun dengan cara tradisional, untuk saat ini sistem tersebut sudah dimodernisasikan." Katanya seraya menambahkan, ini tentu akan sangat baik jika metode memanen tiram semakin baik mengikuti perkembangan zaman. Begitu juga dengan pemasaran tiram yang tidak sebatas dijual sebagai hasil laut segar saja.
"Akan sangat baik jika metode memanen dan mengolah tiram ini menggunakan cara lebih modern sehingga harapan kita hasil dari pengolahan tiram menjadi oleh-oleh khas Alue Naga," imbuhnya.
Kadis P2KP Kota Banda Aceh ini menyebutkan, Pemerintah Kota (Pemko) Banda Aceh dibawah kepemimpinan Aminullah Usman dan Zainal Arifin (Amin – Zainal) sangat mendukung modernisasi budidaya tiram dari yang selama ini dilakukan masyarakat dengan cara tradisional.
Dengan cara modern ini pula, katanya, para pencari tiram yang mayoritas dari kalangan perempuan tidak perlu lagi berjam-jam berendam dalam air saat memanen tiram.
"Budi daya tiram dengan cara modern dilakukan menggunakan wadah apung dan juga rak untuk pemeliharaan tiram," pungkasnya.
Pemko Banda Aceh melalui P2KP, timpalnya lagi, siap mendampingi pelaku usaha untuk memberikan edukasi yang nantinya juga didampingi oleh penyuluh.
"Apa kekurangan dari mereka coba kita dampingi, jika modalnya kurang coba kita usulkan," sebutnya. (Sbr)